Saturday, August 22, 2009

Ospek Baby

Halu hula helo.

Well, saya sudah menyelesaikan Ospek lho, fyi. Keren banget ga sih? Sekarang jadi resmi deh, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. PWK '09 awawwwww! Keren kali. Well, saya ga mau banyak cerita. Masalahnya saya lagi WB, ga tau mau nulis apa. Hahahah. Ga keren sekali sih kau, Dhis. Harusnya kau kan cerita banyak sekali.

Well, kelelahan tiga gari, sori.

Oh ya. First, selamat menjalankan ibadah puasa, guys.

Lanjut.

Bagi kalian yang alumni 17, tentu udah ikutan yang namanya Latdis. Nah, Ospek ternyata beda banget dengan Latdis. Ga ada hukuman fisiknya kayak waktu latdis. Tapi persamaannya masih ada kok. Kalo pas latdis pesertanya dibagi tiap pleton, kalo Ospek--oke. Namanya PPSMB. Puas?--dibagi per-logos. Jatuhnya sih, sama aja. Bedanya, kami jauh lebih akrab karena harus mengerjakan berbagai tugas sama-sama.

Gue dapet logos empat belas, yang mana pas gue nyampe disana, belum ada orang yang baris di belakang pembinanya. Haha, lucky number one again --a. Gue disapa oleh Mas Ziyan yang lagi sibuk megangin papan bertuliskan angka 1 dan 4, disuruh baris. Ya udah gue manut. Nunggu itu bikbos, semua udah tau. Dan rasa lapar bikin gue badmood, kayaknya yang itu perlu lo catet walau ga penting. Gue ga mengalihkan pandangan dari depan saking unmoodnya, padahal anak-anak cewe di belakang pada kenalan --a. Sudahlah, apa boleh baut. Fufufu.

Terus kita digiring pas udah lengkap, buat kenalan. Nyebutin identitas. Disana tahu luarnya aja, ga tau yang lainnya. Tapi ternyata yang namanya awal itu sebelum berakhir pasti ada ceritanya dulu. Logos gue bikin gue comfort, sumpah. Okelah, ada juga yang bikin gue eneg setengah mati, tapi cuma satu orang dan itu ga gitu ngaruh lagi bagi gue. Kakak pembinanya baik banget lagi. Dan gue ketemu temen-temen yang baik banget dan rajin-rajin. Discovering kepribadian lain yang tak terduga juga. Wah, wah. Gue suka banget ama logos yang diberi nama Minto, nama penemu kompor, ini.

Awal-awalnya kita kerja dalam hening. Dikit yang udah saling kenal. Dan gue dengan biadabnya lupa dengan nama siapapun, termasuk itu Dianing yang satu jurusan ama gue *sungkem*. Oh, oh, tenang guys. Sekarang Adhisty Hafizanugra sudah tahu kalian kok. Sudah bisa nyebut nama kalian--walau masih ada juga yang ga bisa gue inget mukanya gimana *ditakol*.

Sekarang gue udah punya Beb.

Udah punya tiga Abang.

Satu Uda.

Baby.

Dan temen-temen yang lain.

Astagah, Logos 14. Logos yang bikin Mas Anang nangis saking ga mau pisah :((

Udahlah. Kita pasti ga akan pisah, guys. Kita kan tak terpisahkan. Sesuai motto deh, santaaaaai~

Walau kita bakal jarang saling liat di kampus nanti, walau kita jarang papasan dan bakal punya temen main yang baru lagi, ingatlah terus kalo kita pernah sama-sama bikin peralatan buat Ospek. Bikin tugas bareng buat Ospek. Dan ngotorin rumah Jeffry buat Ospek *ditakol*.

Dan apakah gue sedih?

....

...yea.

Gue sedih.

Tuesday, August 11, 2009

Racauan Menuju Penembakan (Gagal --a)

Every time i think of you
I feel shot right through with a bolt of blue
It's no problem of mine but it's a problem I find
Living a life that I can't leave behind


Well. Gue cuma mau meracau malam ini. Maka dari itu, gue mohon biarkanlah gue.

Dimulai dari pagi buta, namun mata gue ga ikutan buta. Gue masih melek walaupun jam dengan pedenya nunjuk angka dua pake jarum pendeknya. Dan gue ngehabisin waktu-waktu insomnia gue ini dengan kegiatan seperti biasa:

Baca Komik

Dengan keberadaan penyewaan yang bisa dijangkau dengan ngesot sekian kali dari kostan, gue sehari menghabiskan sampai lima ribu dolar rupiah sekali meminjam komik. Dengan budget seorang anak kost, harusnya gue emang lebih hemat demi kesederhanaan. Tapi entah kenapa, gue ga bisa nahan untuk nyewa "orz. Yea, gue emang salah. Tapi, udahlah. Apa boleh buat. Dan gue, dengan dua belas komik, pun mulai menghabiskan waktu melawan insomnia yang nyaris selalu tersia-siakan. Gue mulai bacaan gue dari buku Nodame seri 3, yang dilanjutkan dengan seri 10 (iye emang aneh. Kemaren gue salah ambil nomer orz) dan seterusnya sampe 15. Lalu gue baca tiga komik Miiko, sampai kemudian tiba giliran sebuah komik berjudul Go Ichigo.

There's no sense in telling me
The wisdom of a fool won't set you free
But that's the way that it goes
And it's what nobody knows
While every day my confusion grows


Gue dulu pernah baca buku itu. Dengan cerita menarik yang bikin deg-degan, gue pribadi suka pada alurnya. Mulai dari cewek pemalu yang ketemu cowok yang kemudian dia suka pas pindah sekolah, sampai akhirnya dia nembak cowok itu dengan penuh keberanian.

Dan bengonglah gue.

Dengan rasa hangat di dada (engga, gue ga ketumpahan minyak angin kok), gue menutup komik itu. Entah kenapa, gue merasa telah diserang oleh sesuatu. Ha, apakah gerangan hal itu?

Ternyata yang menyerang gue adalah sebuah keberanian.

Iya gue tahu jijay banget keliatannya. Tapi yang menyerang gue emang keberanian kok. Lebih tepatnya, keberanian untuk nembak cowok. Nah lho! Gimana itu bisa terjadi, ha? Meneketempe. Gue aja ga tau. Entah mungkin karena saat ini sudah malam sekali, gue jadi mabuk kepayang oleh rasa entah apa. Padahal, sejauh ini, ga ada cowok yang sekiranya cukup dekat dengan gue yang bisa gue tembak. Mampus. Padahal gue lagi pengen banget nembak (entahlah gue kesambet setan apa. Jangan tanya karena gue juga ga ngerti. Masih merasa gue najong? Silakan).

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Dan pada akhirnya, gue emang merasakan sedikit perasaan yang meledak-ledak. Gue-lagi-pengen-nembak-anak-orang. Jeh, gue pengen banget megang senapan saat itu dan nembak sembarangan dengan kemampuan sniper gue yang memberikan nilai tinggi tiap kali main Time Crisis. Mumpung di depan sana ada kostan cowok yang ada cowok gantengnya, kali aja bisa gue massacre sekalian *dibacok*.

Lalu gue inget satu nama.

Satu nama yang gue rasa pantas gue tembak.

Muahahaha! Gue emang keren.

I feel fine and I feel good
I'm feeling like I never should
Whenever I get this way, I just don't know what to say
Why can't we be ourselves like we were yesterday


Gue tarik handphone dengan semangat empat lima, langsung buka New SMS. Dengan sisa-sisa ingatan tentang lagu favorit gue baru-baru ini (Bizarre Love Triangle by New Order), gue ketik dua baris lirik bagian reffrainnya untuk seseorang itu. Sampai pada akhirnya gue nulis title di ujungnya, gue sadar satu hal.

Gue lagi ngapain sih?

I'm not sure what this could mean
I don't think you're what you seem
I do admit to myself
That if I hurt someone else
Then I'll never see just what we're meant to be


Merasa teramat sangat tanggung, akhirnya gue memutuskan untuk menulis hal bego aja. Keinginan gue buat nembak jadi menguap entah kemana. Kelabakan, gue akhirnya nulis apa aja yang ada di kepala. Alhasil, gue malah dengan begonya mengawali dengan menulis: Ga ada maksud apa-apa. Ihwaw. Pinter beneur. Dengan kepala berkunang-kunang, gue pun mengirim SMS itu. Sama sekali tak ada embel-embel pernyataan cinta, sungguh. Yang ada malah SMS gejeh yang ga tau deh, buat apa. Sampe sekarang, doi bahkan belum balas "--a.

Tapi,

gue penasaran.

Apa yang dia pikirin, ya?

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Dan senyum gue pun terkembang.

Biarlah, walau dia ga ngerti dengan SMS gue juga, gue tetep seneng karena udah pernah berniat mengatakan langsung ke dia bahwa selama ini gue suka sama dia. Haha.

See, Kak? Aku sebenernya suka lho, sama Kakak.

Kyaaaaaaaa! Semoga dia ga baca entry gejeh gue ini!

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Oh ya. Credit song to New Order, Bizarre Love Triangle. Download deh. Bagus lho.

Monday, August 3, 2009

Last Day

Pukul dua pagi, tertanggal 3 Agustus 2009.

Masih insomnia.

Padahal akan menghadapi hari terakhir di rumah.

Berapa lama gue akan merasa kehilangan nanti?

Entah....

Thursday, July 23, 2009

Anak Rantau

Tinggal sebentar lagi waktu buat gue menikmati kehidupan masa kecil ini. Well, as we know, awal Agustus gue udah harus berangkat ke Jogja buat ngelanjutin studi di UGM. Nah, gue, yang manjanya naudjubillah ini, harus rela meninggalkan keluarga di Palembang dan menjadi anak rantau untuk pertama kalinya. Gue terkadang kagum sama anak-anak rantau yang demi studi rela berjauh-jauhan dengan ortu, yang hanya berhubungan via telepon (yang udah pasti ga tiap hari) dan kartu kredit (yang ini keanya gue bakalan suka sih *digebok*). Kenapa mereka bisa bertahan tidak melihat wajah orang-orang terkasih sehariiiii aja. Kalo gue, mungkin gue udah cari pohon cabe yang strategis buat gantung diri.

Tapi apa yang gue kagumi dan yakini ga akan sanggup melakukannya, ternyata bakalan dateng juga dalam hitungan hari.

Nah! Kalo gue ngomongnya itungan hari, rasanya kok bakal cepet banget ya? Well, gue pribadi memang lebih suka menyebutnya begitu, biar semua keluarga gue tuh tergugah hatinya. Gue mau pergi bentar lagi, Mom, Dad. Kalian harusnya liatin nih, anaknya. Oke, oke. Gue tampak tiba-tiba berubah sosok menjadi mahkluk manja nan egois. Itu ga boleh. Tapi dengan begitu juga, gue otomatis menegarkan diri sedikit demi sedikit. Eh Dhis, lo mau benerin Jakabaring kaga? Kalo iya mau, lo harus rela jauh-jauh dulu.

Sigh.

Bayangin deh. Hal yang paling lo takutin sekaligus lo kagumin ternyata malah beneran bakal dateng. Gimana sih, perasaan lo? Kalo gue, gue tertekan. Stress, serius. Ditambah lagi, keluarga gue menganggap kepergian gue ini sebagai vakansi--mereka mau pada liburan. Mai Gad, anak mau kuliah, tukang nganternya yang terdiri dari tiga keluarga malah mau liburan. Mari semua tertawa denganku (credit to Aura Kampret). Gue sih ga bisa menolak wajah-wajah bahagia itu, yang berbinar-binar tiap kali gue ngomongin soal rencana kepergian ke Jogja. Yang gue takutin cuma satu.

Wajah-wajah itu akan hilang.

Sumpah, gue paranoid abis.

Gimana caranya gue bangun pagi tanpa ngedengerin gedoran di pintu gue, diikuti suara nyokap yang mencak-mencak ga keru-keruan? Gimana caranya gue keluar kamar, tanpa ngeliat sosok bokap gue yang duduk di meja atas makan (meja makan rumah gue lesehan, FYI), ngeliatin SpongeBob di tipi sambil makanin telor ayam kampung setengah mateng? Gimana caranya gue ngelewatin pagi tanpa ngetokin kamar Qoqon, mintain dia balikin tas gue yang dipinjem sehari sebelumnya? Gimana caranya gue sarapan tanpa sosok Abi sama Sabiq yang bukannya sibuk nyari kaos kaki malah asyik mantengin SpongBob joget-joget atau Miki Mos nyanyi-nyanyi?

Bagaimana kalau gue kangen saat-saat itu alias Homesick?

Gosh.

Gue bukan tipe Bocah Petualang, sebenernya. Walau selama gue di Bogor kerjaan gue kelayapan kaga tau juntrungan sendirian. Tapi tetep aja gue harus pulang. Gue punya rasa rindu pada rumah gue yang biasa aja. Gue punya rasa rindu pada kamar gue yang saking berantakannya terkadang ga ada tempat buat berpijak. Gimana kalau barang-barang penuh kenangan gue dibuang? Kertas soal TO yang ada gambar manusia kucingnya, atau coretan tokoh komik baru gue yang gue taroh sembarangan. Gimana kalau mereka tidak gue temukan lagi saat gue balik ke rumah pas libur semesteran atau lebaran?

Gue bener-bener manja, dan tidak pantas menjadi anak rantau sepertinya.

Seandainya gue diinjinkan, mungkin gue lebih memilih ga kuliah sekarang. Gue ga mau jadi anak rantau yang pergi dari orang tua dan saudara. Serius deh. Tapi, akhirnya gue sadar bahwa apa yang gue pikirkan itu terlalu muluk, egois. Gue ga boleh begitu, tentu aja. Walau jauh dalam lubuk hati gue, gue pengen tiba-tiba Dylan Klebold sama Eric Harris bangkit dari kubur dan melakukan UGM Massacre agar gue ga perlu kuliah. Gue ga boleh berpikir sebegitu jahat pada gerbang gue menuju kesuksesan. Gue harus tegar, kuat. Dan harus mampu menjadi anak rantau yang hebat.

Dan apakah gue akan merindukan rumah setelah ini?

Pastinya. Tapi dengan perasaan yang jauh lebih lega.

Mom, Dad, I will survive.

Teret, teret, teret tet teret.

Thursday, July 16, 2009

Racauan Super Ga Penting sekaligus CurCol

Gue seringkali menemukan bahwa beberapa orang memandang gue sebagai seorang pemimpi ulung (dan ini tolong jangan disingkat jadi pemulung). Setidaknya, dengan sifat dasar gue yang hanya menjadi pengoceh saat seseorang terlihat lebih lemah dalam satu bidang dari gue dan menjadi super duper cool (silakan tertawa) saat sesuatu menjadi jauh lebih pintar, lebih mengerti, terlalu mengerikan. I mean, alam nyata tak selamanya berpihak pada gue, dan itulah yang selalu berhasil membuat gue diam seribu bahasa. Entah kenapa gue memiliki kecenderungan membiarkan saja beberapa orang memberikan rule-rule tak jelas pada hidup gue, mengatur hampir setiap pergerakan gue, dan secara langsung atau tak langsung memanfaatkan gue.

Well, gue termasuk orang yang mudah dimanfaatkan sebagai pemimpi, oke?

Secara tak langsung, gue memiliki segudang pengetahuan yang hampir tak pernah dimiliki oleh manusia pada umumnya (yah, umum disini maksud gue adalah @L4y3rZ yang merasa dirinya cukup 9h4o3lz). Bagi mereka gue malah tampak terlalu kolot--hei, tunggu. Kenapa menulis dengan benar malah menjadi kolot? Kenapa penikmat sastra modern menjadi kuno? Kenapa kelebihan dalam berinteraksi di dunia maya menjadi alien? Itulah yang sampai sekarang ga bisa gue mengerti. Kenapa mata-mata itu memandang nyalang setiap kali gue menyalakan laptop, berjalan berputar-putar sudut demi sudut untuk menemukan secercah koneksi wireless?

Gue akui gue kadang melakukan hal itu pada waktu yang tidak tepat. Bahkan, gue harus say sorry karena gue menyebabkan sekelas mendapatkan kuis dadakan hanya karena gue kerajingan RPG-an. Tapi salahkah kalau gue mencari tempat bermain baru disaat tempat gue bermain di alam nyata tak tersedia?

Keinginan berbaur itu ada, Cherie. Hanya saja kalian tak memberikannya.

Pembicaraan kalian seputar kecantikan, senior yang tampan, nilai bagus berjejeran, tapi apakah kalian peduli pada kosakata, tanda baca, atau situs lain selain Facebook, hm? Tidak. Maka kalian tak memberikan gue tempat untuk bicara, berpendapat, membuat gue lebih baik sendirian, menikmati alunan lagu-lagu up-beat yang bagi kalian seorang berhijab tak pantas dengarkan. Hello? Sadarkah kalian hal itu terlalu mengkotak-kotakkan? Apel tidak langsung tumbuh berbuah lebat lima menit setelah kau tanam bijinya. Itu yang namanya langkah, kesabaran dalam menunggu hasil. Ada step demi step yang harus dilalui, dan kalian terlalu tidak sabaran untuk menunggu.

Sigh.

Itulah yang membuat gue mencurahkan diri dalam satu sisi, satu bidang yang menerima gue apa adanya. Tanpa melihat rupa dan kedudukan, tanpa melihat gue itu apa di mata kalian. Tempat dimana gue bisa jadi diri sendiri, tanpa harus disindir dari belakang. Tempat dimana gue bisa makan orang secara terang-terangan, dan pendapat gue diterima. Tidak kepada elo, kekecewaan, yang terus menghantui gue disaat gue butuh tempat. Coba lo pikir, harus ditaruh dimana muka gue saat temen curhat lo secara terang-terangan bilang kalo lo benci ama gue? Dan saat itu lo ketahuan, dan gue tahu. Kalau kaki gue ga kesemutan, Cherie, muka lo pasti bonyok gue tendang. Dan gue ga butuh cara lo mengambil hati, menempelkan pipi di pundak gue. Oh tolong. Itu memuakkan.

Apa yang salah dari gue, kalian selalu mempertanyakannya. Bagi gue, kesalahan satu-satunya yang ada dalam diri gue adalah, kenapa gue ditempatkan di antara orang-orang yang tidak bisa menerima gue apa adanya. Kesalahan paling fatal yang pernah mengisi otak gue dan memaksanya bekerja keras sehari penuh. Kesalahan paling fatal yang membuat gue berpikir, tak ada lagi tempat buat gue di alam nyata. Kesalahan paling fatal yang membuat gue berpikir, kalian cuma sampah. See? Siapa yang salah sekarang? Sebagian memang punya gue, dan itu harus gue akui. Selebihnya? Tolol kalau kalian masih belum menyadarinya.

High school never end bullshit. It's already end for me in the middle, FYI. Kenapa? Sudah jelas.

Itu karena kalian.

Dan kenapa kalau gue tidak menyimak pelajaran? Bukan berarti gue bodoh, toh. Kemana tampang kalian, orang-orang bernilai tinggi dalam tiap mata pelajaran? Orang-orang yang selalu gue repotkan, namun tanpa keikhlasan? Apa kabar kalian, hm? Sudah puas menertawakan gue, dan kalian sekarang bungkam? Apa salahnya gue menyimpan itu sendiri, mewanti-wanti diri sendiri agar tidak dianggap tinggi hati? Dan kalian mengeluarkan itu jadi rasa benci, menumbuhkan benih-benih kesombongan yang mengusir gue dari hidup, dari kelas gue sendiri. Kalau boleh memilih, gue lebih memilih pergi, bolos sekolah selamanya. Karena bagi gue sekolah adalah neraka.

Dan apa yang terjadi, hm? 'Kulemparkan kebaikan padamu karena aku butuh', begitu? Dan saat selesai berarti kau sudah tak dibutuhkan? Well, lo benar-benar membuat gue mengamuk. Alam bawah sadar gue yang mengamuk. Beruntung sisa-sisa hari di tempat itu berhasil gue lalui, menghantamkan tiap inci wajah kalian dengan kenyataan. Pahit, hm? Sesekali rasakanlah, sobat. Gue menang.

Hanya karena gue memiliki hubungan dekat dengan seseorang berkedudukan, yang pada akhirnya lo cerca saat kegagalan menghantam, bukan berarti gue senang. Gue melakukan segalanya dengan tangan sendiri, dan lo semua mengira gue curang. Well, hidup itu memang susah, Sobat. Tapi gue tekankan, kesusahan itu murni gue alami sendiri tanpa minta secuilpun bantuan hasutan pada sang pemilik kedudukan. Beliau selalu menekankan pada gue, lakukan itu dengan kemampuanmu sendiri. Dan hasilnya? Well, gue melakukan itu dengan kemampuan gue sendiri. Apakah lo ga pernah diajari oleh mereka yang juga memiliki kedudukan, hm? Poor you.

Dan lagi-lagi gue harus menekankan bahwa, well, gue memang adalah pekerja. Gue dan mereka adalah para pekerja, tapi tolong, sekali lagi hargailah. Bukan salah gue (atau Sang Pemilik Kedudukan yang berhubungan dekat dengan gue) kalau lo ga lulus. Jangan sembarangan menebar fitnah, mengesampingkan kenyataan bahwa lo sendiri yang kurang usaha. Lo harus tahu rasa malunya saat pihak ketiga-lah yang menyatakan complain, dan lo tidak memberikan setitikpun kabar pada gue. Jangan persalahkan Sang Pemilik--oh, well. Sudahlah. Bokap gue, karena lo ga lulus di universitas yang lo inginkan. Sana, urus dengan Unsri. Bokap gue hanya tahu memberikan tanda tangan.

Dan racauan ini kembali menyatakan secara tak langsung bahwa gue pemimpi ulung. Pemimpi ulung yang--pada akhirnya--merampungkan mimpinya, mengubahnya menjadi nyata. Dan sekali lagi menyatakan bahwa, oh great, lo kalah telak.

Bagaimana? Menjadi pemimpi itu menarik bukan?

Sigh. Ini apaan sih, yang gue tulis?

Thursday, July 9, 2009

Sorry Deh. :|

Gue cuma mau bilang, SORRY pada Anda yang merasa tersinggung atas status facebook gue pada suatu hari. Oke, gue akui itu agak kurang enak di telinga Anda sebagai seorang calon psikolog. Tapi, ayolah. Gue juga pernah kok, ketemu ama anak autis. Gue juga tahu kalau penyakit itu serius, perlu penanganan para ahli. Si anak autis yang gue temui itu juga udah ke beberapa negara demi penyembuhan--walau belum juga sembuh sampe sekarang. Gue emang salah--nah, gue udah mengakui--dengan tulisan tersebut. Tapi bisa tidak, please, menghentikan penyalahan tak langsung-nya?

Kenapa tidak katakan lewat depan, hm?

Kenapa tidak meralat secara langsung, memberikan
wejangan-wejangan Anda yang berharga secara langsung kepada saya? Bukankah itu jadi lebih bagus, lebih enak di kedua belah pihak? Harusnya Anda sadar dengan menulis lewat belakang malah akan membuat citra yang semakin buruk. Bukankah dengan share satu sama lain hasilnya akan lebih baik, lebih bagus? Harusnya Anda juga mempelajari itu sebagai orang yang terpelajar lainnya bukan?

Sigh.

Kesalahan saya, SAYA JAMIN tak akan saya ulangi lagi. Tapi saya juga SANGAT BERHARAP agar Anda tidak mengulangi juga kesalahan Anda, dan memikirkan lagi pemecahan terbaik dari tiap masalah yang melibatkan dua orang atau lebih. Tentu Anda mempelajarinya sebagai seorang yang belajar di perguruan tinggi negeri bergengsi jurusan psikologi, bukan?

Pecahkanlah masalah kita
face to face. Mintalah persetujuan untuk memuat kesalahan-kesalahan agar pembuatnya membuka mata secara langsung, dan tidak merasa ditikam dari belakang. Satu hal yang harus saya tekankan.

JANGAN menjatuhkan orang lain lagi setelah saya menulis ini.

Nah, tidak enak kan, dipermasalahkan
dari belakang?

Sunday, July 5, 2009

Pe-er dari Orang :D

1. Dari Lynn (walau gue ga yakin dia ngetag gue XP)

FOUR NAMES THAT FRIENDS CALL YOU:
Adhis, Adhisty, Dhis, Chi

FOUR MOST IMPORTANT DATES IN YOUR LIFE:
2

FOUR THINGS YOU'VE DONE IN THE LAST 30 MINUTES:
Makan mpek-mpek, nonton tipi, nonton video klip Mbah Surip di YouTube, donlot GBA game <<-- lagi kangen main GBA game

FOUR WAYS TO BE HAPPY:
Sleeping, eating, chatting, drawing.

FOUR PEOPLE YOU MISS FROM YOUR PAST:
Err, Ayu my besties, Oma, Rahma, Rimek

FOUR GIFTS YOU WOULD LIKE TO RECEIVE :
Kamera profesional (huweee~), Suzuki SX4, Toshiba notebook, sweater garis-garis merah-item

FOUR OF YOUR FAVORITE HOBBIES (CURRENTLY):
Sama kek ways to be happy :3

FOUR PLACES YOU WANT TO GO FOR VACATION:
Bali, Jakarta, Paris, London

FOUR FAVORITE DRINKS:
Coke, orange juice, mineral water, teh tarik.

FOUR THINGS ALWAYS FOUND IN YOUR BAG:
handphone, wallet, pencil, eraser

FOUR FAVORITE COLORS:
Black, white, red, yellow

TOP FOUR HANGOUTS:
21 PIM, Fun City, Timezone, PTC.

TOP FOUR YOU LOVE SO MUCH:
Mum, Dad, family, and Ayu my besties

TOP FOUR ASIAN ACTORS:
Matsumoto Jun, Mizushima Hiro, Jang Geun Seok, err... no one else I think :|

FOUR "THINGS" SPECIAL TO YOU:
Laptop, game console, handphone, chocolate :3

FOUR FAVOURITE "UNUSUAL" SONGS:
-Tua-tua Kelabing - Kuburan
-Tak Gendong - Mbah Surip (iya tahu. Yang penting kan unusuall :|)
Ah, tak tahu lagi saya *ketawa hampa*

FOUR EVENTS YOU WILL NEVER FORGET:
Err, ultah ke-sekian (lupa yang keberapa), nikahan seseorang, tahun baru 2009, Latdis :D

FOUR THINGS YOU OFTEN DID WHEN YOU WERE A KID:
Buka penyewaan komik, main komputer, naikin boneka bebek sambil pura-pura berlayar di atasnya (iya, gue tahu ini bego. Namanya juga anak-anak), pura-pura jadi Si Manis Jembatan Ancol (serius lho, ini!)

TOP FOUR WHO YOU WANT TO ANSWER THIS SURVEY:
Rahma, Oma, Ayu, Risvi :D

_______

2. Dari Risvi

What is your current obsession?
Bersegera jadi anak kuliahan. Huahahaha! Amin. Jogja, I'm comiiiiing!

What is your weirdest obsession?
IPK 3,9! *shot*

What are you wearing today?
Kaos lengan pendek abu-abu sama hot pants dari Bali (iya tahu, emang pendek. Pan gue di rumah doang :-")

What’s for dinner today?
Wah, ga tau. Apa aja deh, yang bakalan ada entar :| Paling banter juga makan mie goreng --a

Why is today special?
Karena udah berhasil donlot GBA game :3~

What would you like to learn to do?
Err, profesional photography kali :D Sama nulis artikel, sama bikin panel komik <<-- paling ga bisa bikin panel komik.

What’s the last thing you bought?
Lyra Sketch book sama HVS SiDu.

What are you listening to right now?
Lagu Mbah Surip XP

What is your favorite weather?
Emm, hujan deres. Aroma ama suaranya bikin tenang. Asal ga ada petir aja :D

What is your most challenging goal right now?
Namatin game Pokemon lagi selama sisa waktu liburan XP

What do you think about the person who tagged you?
Risvi itu polos, saking polosnya ga bisa diwarnain lagi *lho? Emangnya kertas? XP* Menganggap gue ibunya pas jalan bareng. Oh, jadi gue setua itu ya, Pih? *cetukcetukmejah*

If you could have a house totally paid for, fully furnished anywhere in the world, where would you like it to be?
Huwaaaaaaa! Mau di Palembang aja sih, di Jakabaring atau di tengah-tengah kota biar mudah kerja <<-- masih terobsesi merombak Jakabaring kalo udah lulus kuliah XP

What would you like to have in your hands right now?
Laptop baru. Walau kalo ditaruh di tangah pasti berat *lho?*. Ama campro XD~

What would you like to get ride of?
Suzuki SX4. Papaaaaa, beliiiiiii~n *ditakol*

If you could go anywhere in the world for the next hour, where would you go?
Hawaii. Entah kenapa pengen kesana :D

Which language do you want to learn?
Germany :D

What do you look for in a friend?
Tempat sharing dan bercerita yang nyambung, bisa memberi dan menerima masukan, orang yang bisa manjain :D

Who do you want to meet in person?
Ga ada untuk sekarang :D

What’s your favorite type of music?
Poprock, R 'n B, hip hop up beat :D <<-- seenggaknya, itulah musik yang diterima dalam hape saya *ketawa*

What’s the favorite piece of clothing in your own closet?
Celana jeans item Mobile Power.

Any favorite models?
Ga ada

If you had £100 now what would you spend it on?
CamPro baru, untuk 75%-nya, sisanya buat Mama. Terserah mau diapain aja :D

Favorite designer?
Ga ada. Suka aja semuanya <<-- maruk.

Fashion pet peeve?
Pet peeve? Ga gitu ngerti sih. Tapi kalo pet-nya aja, ular dong XD~

Do you admire anyone’s style?
Suka liat orang yang cocok pake semua baju. Misalnya Rosa-Fiona XD

Describe your personal style:
Sangat biasa sekali, dengan jilbab itu-itu aja dan jenas yang juga itu-itu aja. Terkesan boyish, jarang pakai rok. Baru ketahuan kalau langsing pas pake baju bebas *injek junior-junior yang bilang gitu XP*

***

[link]


The aims of this award:

• As a dedication for those who love blogging activity and love to encourage friendships through blogging.
• To seek the reasons why we all love blogging!

Here are the rules of the award:

• Put the award in one post as soon as you receive it
• Don’t forget to mention the person who gives you the award.
• Answer the award’s question by writing the reason why you love blogging.
• Tag and distribute the award to as many people as you like.
• Don’t forget to notify the award receivers and put their links in your post.

So, why I love blogging?

ANS : Karena saya bisa share apa yang saya sukai dan lakukan dan menyenangkan buat saya :D <<-- ini bahasanya ga jelas amat yak? *ketawa*

Pipih, ini saya sudah gawekan. Kepada Rahma dan Ririn dan entahlah-siapa-aja-yang-mau-jawab, saya persilakan :D

_______

Yeap. Done. Karena ga ada ide mau ngapain buat new entry, akhirnya malah nulis kek beginian. Hahaha. Yang gue tag, silakan :D

Wednesday, June 17, 2009

One Odd

Ini FF yang gue buat sebagai kado ultah buat chara sulung gue, Azrael Hazzelnuts. Ngepostnya emang agak telat. Tapi ini gue selesaikan tanggal 11 Juni. Dan, err, ini FF pertama gue :D Jadi kalo jelek dan ga nyambung, maklumin deh :D

______________________

One Odd

Disclaimer: Azrael Saturnea Hazzelnuts, Timothy Anne-Marie Hazzelnuts, Rainare Nozomu McMoney punya gue. Aurora Lucia Mielonen punya PMnya.
Rate: Wah, gue ga jago ngerate :D
_______



"Kita punya banyak hal untuk didiskusikan."

"Misalnya?"

"Hmm? Kenapa kau menanyakan itu?"

"Kau bilang kita punya banyak hal untuk didiskusikan. Misalnya apa?"

"Ah, kukira kau sudah tahu, Princess."

"Hmm--apa?"

"Soal masa depan--oke, masa sekarang maksudku."

"Sekarang?"

"Yep. Gerbang menuju masa depan."

_________

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tu... euh....

Lebih dari tiga gadis berbaris di hadapannya. Rata-rata berusia belasan. Salah satu dari mereka tampaknya baru saja merusak tatanan rambutnya sendiri--terlihat dari sisa-sisa kelopak mawar malang yang kini berhamburan di lantai. Pria muda itu mengerling pada sosok wanita paruh baya yang masih tampak segar, memamerkan senyuman kecut. Wanita itu memelototinya tanpa ragu, bibirnya dikedut-kedutkan. Pria muda itu hanya tertawa kecil sambil menatap mahfum ke arah gadis yang kini sibuk menarik-narik tutu oranyenya, tak sabar. Gadis lain yang lebih kecil dan bermata sewarna dengan pria muda itu melengos pelan, menunjukkan ketidak sukaan abadi pada di gadis yang sudah berusia sembilan belas tahun itu.

Sang pria, masih dengan senyum mahfum, kini melangkah perlahan, mendekati si kecil yang telah dengan sukses memajukan bibirnya di atas lima senti. Tubuh jangkungnya yang sudah mencapai minus sepuluh senti dari dua meter itu kini berjongkok tenang. Telapak tangannya yang besar ia sentuhkan ke pipi tembam si kecil itu sembari menariknya menengadah. Mata biru itu menatap kembaran abadinya teduh, mengeluskan jemarinya. "Kau kenapa?"

Sepasang alis itu melunak perlahan, menunjukkan ketidak sukaan yang mulai menghilang. Bukan, dipaksakan menghilang lebih tepatnya. Tangan putih mungil dengan korsase bunga matahari melilit pergelangannya kini balas mengelus punggung tangan si pria muda. Seolah tahu apa keinginan gadis mungil itu, si pria muda dengan senyumannya yang belum berubah mendekatkan wajahnya. Sang gadis kecil menguasai telinganya, membisikkan kalimat yang tidak begitu jelas. "Kenapa dia ikut kemari, you fool? Kau ingin aku dibunuhnya ya?"

Menggelikan. Setidaknya itulah yang dipikirkan pria muda dengan tuxedo lengkap itu sesaat setelah si pirang madu yang lain itu berbisik tergesa. Tanpa bisa ditahan sang pria muda tertawa. Gadis kecil itu, Timothy Anne-Marie, tampak tak puas dengan reaksi sang pria muda. "Aku tidak bercanda, tahu! Lebih baik kau katakan pada Aunt Cathlene, tidak jadi pakai dia. Mereka-mereka disana sudah lebih dari cukup untuk berjalan denganku. Bisa-bisa taman ini banjir kelopak bunga," Timothy Anne-Marie melanjutkan tak sabar sambil menunjuk tiga gadis dengan hiasan bunga sesuai dengan nama mereka. Senyuman di bibir sang pria muda makin melebar. Tangannya yang tadi ditarik ke lutut kembali ia eluskan ke pipi gadis kecil itu. Timothy Anne-Marie memandanginya bingung. "Apa?"

"Memang itu yang kuharapkan, Timmy sayang. Taburan bunga musim semi yang memenuhi taman ini dengan warna-warni menunjukkan kalau kami berbahagia, bukan?" tanya sang pria muda balik sembari melemparkan pandangan ke celah tenda yang mengarah lurus ke jalanan kecil kosong yang dipagari oleh kursi-kursi berhias kain putih bersih. Bunga-bunga matahari kecil diletakkan di atas dudukannya. Baru beberapa orang yang mengisi kursi itu. Kebanyakan masih kosong karena memang waktunya belum tiba. Timothy Anne-Marie mengerling ke arah kristal biru laut kakaknya, mencoba mencari tahu apa yang menarik. Tapi untuk anak tujuh tahun seperti dirinya, tampaknya tak ada.

Pria muda itu melengos sebentar lalu kembali menatap Timothy Anne-Marie yang tampak menguap rasa kesalnya. Cengiran puas muncul di wajahnya yang bersih dari bulu-bulu halus yang biasa tumbuh di dagunya. Telapaknya berpindah ke kepala Timothy Anne-Marie, mengacak rambutnya perlahan. Gadis enam tahun nyaris tujuh itu ber-ahh kesal karenanya. "Jangan rambutku, Zie! Sudah disisir rapi ini!"

Sang pria muda berdiri, seolah tak menggubris ucapan Timothy Anne-Marie, berbalik ke arah seorang anak lelaki yang sibuk membetulkan dasinya. Senyuman khas seorang kakak terkembang sempurna. Ditariknya sebuah kursi dan diletakkannya di hadapan si anak lelaki, menghalangi pandangannya pada cermin. Si anak lelaki, Rainare, tertawa pelan sambil menonjok bahu sang pria muda. "Konnichi wa, Nozomu-San," pria muda itu menyapa sang bocah dengan nama tengahnya sambil terkekeh, masih mencoba menghalangi bocah itu berkaca. Keduanya terkekeh.

"Jangan panggil aku begitu. Kita di Finlandia, Bung. Dan minggirlah. Aku butuh bantuan cermin itu," Rainare berujar sambil menggeser tubuhnya. Sang pria muda dengan iseng mengikuti gerakannya. Sambil tertawa, Rainare mendorong tubuh ceking sang pria muda ke kanan, membuat lelaki dua puluh dua tahun itu ber-hei. "I've warn you," Rainare berujar sambil menarik-narik lagi dasinya ke atas, membuatnya tampak lebih rapi. Sang pria muda memerhatikan bocah itu bekerja dengan cekatan, membuat Rainare merasa sedikit risih. "Apa sih? Minggirlah cari sandwich sebelum kau tidak bisa makan lagi."

"Aku tak lapar, Bocah," sang pria muda berkoar sembari mengerling ke arah dua nyonya yang saling bercengkerama. Salah satunya menggunakan topi berhiaskan ekor merah yang menjulang tinggi. Wanita norak yang tak berubah. Rainare, tersenyum mahfum, ikut-ikutan mengerling.

"Sudah kubilang pada Dad untuk menghalangi Mum berpakaian terlalu mencolok. Tapi tampaknya gagal lagi, sori," seolah tahu, Rainare menyahut pelan. Sang pria muda balik menatap bocah berwajah Asia itu--satu-satunya anak yang menerima jejak kulit kuning dari ayah kandungnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Ah, ia akhirnya tahu apa persamaan paling kuat antara dirinya sendiri dengan bocah lelaki sembilan tahun di hadapannya. Mereka berdua sering menyunggingkan senyuman mahfum, seolah seluruh hal di sekitarnya patut dimaklumi. "Kau tidak gugup?"

"Aku? Gugup? Kau pasti bercanda," tawa ganti membahana dari sela bibir pria muda itu. Diikuti dengan jelas oleh Rainare kecil. Tapi cepat-cepat pria itu menyambung dengan tampang berubah seratus delapan puluh derajat, mencoba meniru aktor opera sabun di televisi. "Yeah, aku sedikit gugup. Bukan. Aku sangat gugup."

Mereka berdua tergelak, untuk sesaat.

"Aku tak tahu pasti rasanya bagaimana. Tapi kuharap kau bersabar."

Pria muda itu memandang Rainare tak percaya. Well, ia tak menyangka seorang bocah yang belum genap sepuluh tahun itu bisa mengatakan hal yang begitu dewasa. Pelan namun pasti, tangan besarnya berpindah lagi ke atas kepala sang bocah dan mengacaknya--agak kuat kali ini. Rambut coklat bocah itu tak akan begitu sulit ditata kembali. "Hei, kau kenapa sih?"

"Sial kau, Bocah. Kenapa malah kau yang jadi lebih dewasa? Sana kau saja yang menikah!"

"Hahaha. Bukan salahku menjadi dewasa sebelum waktunya. Selama masih bersama para gadis kekanakan itu, kupastikan aku akan selalu menjadi begini, Azrael."

_________

"Kau tak akan percaya aku punya manusia cebol yang berotak terlalu dewasa untuk anak seusianya sebagai sepupu."

Pria muda berusia dua puluh dua tahun itu, Azrael Saturnea Hazzelnuts, menatap lurus pemandangan di luar jendela mobil Royce hitam yang ia tumpangi. Tangan kanannya menopang di dagu, dengan siku tertancap di ambang jendela. Tangannya yang lain tergenggam erat pada tangan lain di sebelahnya. Warnanya lebih pucat, dengan kehangatan luar biasa. Kepalanya pening, dipenuhi dengan berbagai kalimat penolakan terhadap kenyataan itu. Oke, salahkan Rainare kenapa dia menunjukkan sisi dewasanya di depan Azrael--yang notabene selalu percaya dia gagal sebagai orang dewasa. Sepupu lelakinya yang beranjak remaja itu mau jadi apa kalau sudah benar-benar dewasa nanti?

"Apa mungkin dia mengidap pendewasaan dini?"

"Indigo maksudmu? Jangan bodoh. Itu kan tidak mungkin."

Wanita muda di sebelahnya menjawab singkat, membuat Azrael menolehkan kepalanya, memandangi wajah porselen yang memeta di sana. Alis pria muda itu naik sebelah. "Yah, apalah itu. Kenapa tidak mungkin, hm?"

"Kau tahu, indigo itu hanya penglihatan akan aura. Belum pasti apakah aura itu benar-benar dapat dipercaya."

"Oke, oke. Terserah apa katamu, Nona Healer."

"Bukan begitu...."

"Iya aku mengerti. Sudah, tidak masalah kok itu."

Dua insan yang baru saja disatukan dalam ikatan suci itu terdiam. Sesaat genggaman mereka terasa sedikit basah. Keringat.

"Hei Tuan, kau yakin Timothy benar-benar sudah...?"

"Apa?"

"Kau tahu... setuju?"

Azrael menoleh lagi, menangkap wajah yang sedikit banyak menunjukkan keraguan. Pria muda itu melemparkan senyuman tipis. Diraihnya tangan mungil yang masih tenggelam dalam genggamannya, mengecupnya singkat. Semburat kemerahan muncul di pipi sang wanita muda.

"Kau masih ragu, sementara kita sudah berada di dalam sini?"

"Sedikit...."

Kali ini sang pria muda mencondongkan tubuh jangkungnya, mendekatkan wajahnya ke wajah wanita muda itu. Mengecup bibir tipisnya singkat. "Tak usah dipikirkan. Dia pasti bahagia kalau aku--kita bahagia. Oke Rore?"

_________

"Selesai? Sudah selesai? Itu saja?"

"Memangnya kau mau apa lagi, Anne-Marie? Zie menggendong Aurora ke mobilnya yang diikat kaleng-kaleng? Itu akan dilakukan di rumah baru mereka, tahu."

"Tidak sih. Aku justru lega penderitaan ini begitu cepat berakhir."

"Penderitaan? Maksudmu? Tidakkah kau lihat kakakmu tampak begitu bahagia?"

"Dia iya bahagia. Dia tidak memikirkan perasaanku sama sekali."

"Jangan bilang kau menderita brother-complex, Anne-Marie Dear."

"Aku? Brother-complex? Bah...."

"Hm?"

"Uhh, oke. Aku memang brother-complex. Kenapa memangnya?"

Telapak mungil berkulit kuning itu menelusup tiap jemari milik gadis kecil di sebelahnya, lalu menggenggamnya erat-erat tanpa memindahkan matanya dari orang-orang yang kini sibuk melambai-lambai pada mobil yang barusan tadi mengeluarkan deru gas, lalu meluncur pergi meninggalkan acara. Timothy Anne-Marie memandang wajah porselen yang terbingkai aroma Asia itu dari samping, tak mengerti maksud perlakuan bocah lelaki itu.

"Rain?"

"Tak apa. Aku juga sister-complex. Satu sama kan?"

((OOC: Credit to potongan RC with Myu.))

_____________

Meh, pendek dan jelek. Dan intinya belum ada *shot*. Mungkin suatu hari nanti gue edit. Baidewei, happy birthday Dear Azrael. Samaan ama bokap beda tahun aja dia. :D Cepet nikah ama Rore yak *mabur sebelum ditendang*.

Thursday, June 4, 2009

Sakit

Teruntuk manusia-manusia yang memiliki rasa
Titip salamku untuk hati yang luka
Beri amunisiku pada senapan duka
Tembak dadaku agar semua terlupa

Kepada dewa-dewi yang memberi hati
Tulis pesanku pada kasih yang mati
Tarik busurku hingga ke titik hari
Agar sampai hasrat hingga nafasku berhenti

Tak usah bicara duka, Sobat
Kita alami apa yang disebut kualat
Batin yang kita sirami dengan rasa nikmat
Tak lebih dari tipu daya, bangsat

Hati hampa?
Pecah belah?
Ya

Mau mangkir lagi
Dari janji-janji
Yang kita sepakati
Sejak jauh hari?

Oh, ya ya
Kau tahu kekuatanku tiada tara
Aku bahkan tak menitikkan air mata
Karena kupikir, untuk apa?

Cinta?

Bah

Brengseknya
Tak seharusnya aku terlena
Mimpi tak kan gugat realita
Dan aku sudah terlupa

Tadinya

Silakan kau percayai
Kuyakini hidup hanya sekali
Jadi ingatlah pada kalimat ini
AKU TAK PEDULI

Dan apa aku terluka?
Ya, aku terluka
Tapi aku tak apa
Yang sepertimu banyak di dunia

Kau akan menyesal? Mungkin
Aku tak harap dendam bermain
Lagipula, apa yang bisa kujalin
Dari benang tipis benci yang tak terpilin

Biarlah hidup ini kita nikmati
Kau punya sendiri,
Aku juga memiliki
Impas kan, kali ini?

Dan ini akhirnya kan?
Ya, kupastikan

(For you, Arrow, give your true love to the bow, as I always want to know. I. DON'T. Miss. You.)

Tuesday, May 26, 2009

Teletubbies dan Racunnya pada Anak-anak di Dunia

Hai. Gue sekarang sedang menikmati masa liburan panjang di Bogor. Di sini, di tempat kakaknya nyokap gue, gue dijamu dengan apa yang selama ini gak ada di rumah namun selalu dan selalu gue impikan: Indovision.

Oke, tertawakan rumah gue yang kolot. Tapi jangan tertawakan gue *ditampol orang serumah*.

Dan karena gue adalah orang yang gemar bereksplorasi, gue jadi hobi banget membuka-buka apa aja yang bisa ditawarkan oleh Indovision, mulai dari telenopela sampe kartun gue jamah. Sayang ga ada Star Movie aja dimari. Kalo ada udah abis gue ga tidur semalaman. Sekarang aja dengan modal Disney Channel gue sukses tidur jam satuan melulu hampir tiap malem. Bagus. Gue jadi sangsi bisa kuliah dengan baik dan benar. Ahahah.

Akhir-akhir ini gue mulai suka dengan Facebook. Okeh, gue akui dulu gue ga terlalu gimana-gimana dengan Facebook--yang mana temen-temen gue mulai dari NW sampe RW sudah pada punya. Tapi ternyata sekali coba emang luamayan. Dulu gue Facebook-an cuma buat main Mafia Wars. Sekarang, gue Facebook-an ga jelas buat apaan. Ada orang Facebook-an buat nyari jati diri (maksudnya ikutan berbagai tes kepribadian yang kepriben iki jawaban ne?). Ada juga yang menambah pertemanan atau berhubungan baik dengan teman-teman lama. Oh, bagus banget kan tuh?

Tapi sayangnya itu ga berlaku buat gue.

Balik lagi ke keadaan menyedihkan gue di bogor, kerjaan gue yang paling umum cuma makan-nonton-tidur-ngenet. Ga lebih. Lagian, apa juga yang bisa gue kerjain disaat semua orang lagi pada kerja (bukan, ini bukan permainan kata-kata)? Gue pengen ngajak anak-anak IH ke Dufan, tapi tampaknya lagi pada sibuk kemana-mana. Ya udah. Yang gue bisa lakuin ya cuma duduk, buka Indovision, pilih-pilih channel, terus molor di tengah nonton. Bagus banget kan kerjaan gue? Oh ya. Sangat.

Ngomong-ngomong, anak sulung gue di IH, Azrael Saturnea Hazzelnuts, udah ngelamar Aurora Lucia Mielonan dan diterima lamarannya. Setelah ini, gue malah ga tahu harus ngapain *ditabok PM Aurora*.

Skip yang itu.

Suatu hari, gue ga sengaja buka Cbeebies alias BBC buat anak bayi. Dan pada saat itu, kebetulan acara yang lagi ditayangin adalah Teletubbies. Iya. Empat badut beda warna yang kerjanya ketawa-ketawa mesum sambil pelukan, terus dari perutnya bisa keluar gambar anak-anak jejeritan yang ga jelas ngelakuin apa. Mending kalo sekali. Beberapa episode menampilkan hal itu dua kali. Oh well. Gue langsung mikir betapa begonya anak-anak yang mau nonton beginian. Gue ngakak ngeliat adegan-adegan begonya dengan kakak sepupu gue.

Tapi.

Kenyataannya, gue adalah salah satu anak-anak yang tenggelam dalam acara ini beberapa tahun silam. Sungguh itu adalah masa kegelapan, kawan. Kalau di dunia sihir, itu masa dimana Voldemort lagi jaya-jayanya menggerogoti keselamatan orang. Gue pribadi merasa bodoh banget kenapa gue bisa terjerumus dalam racun Teletabis semasa gue masih berupa makhluk paling imut sedunia setan. Gue ga pernah lupa saat gue nangis minta otopet (lo tau, luncur-luncuran yang dipake ama Teletabis warna merah yang paling kecil, Po, yang selalu adek gue akui sebagai dirinya yang lain) setelah berhasil mendapatkan nilai sepuluh sebanyak sepuluh biji karena bokap gue menjanjikannya.

Dan kemana benda itu sekarang?

Entahlah. Tampaknya sudah dimakan zaman. Zaman kan udah kejam sekarang. Buktinya, otopet yang dibikin dari besi ama karet (rodanya ama stangnya dari karet maksud gue) aja kuat dia makan. Walah.

Dan gue hanya mampu menggaruk kepala, memikirkan lagi betapa masa penzhaliman terhadap diri sendiri itu pernah ada dalam hidup gue yang singkat ini. Umurku belum sepuluh tahun waktu itu, Mama, Papa. Kenapa kalian membiarkanku menonton racun berbentuk empat badut berpantat besar yang kalo begerak dikit perutnya goyang-goyang? Oh great. Ini bukan salah ortu gue, sayangnya. Karena kakak sepupu yang nonton ama gue itu bilang, dulu kalo dia disuruh ngejagain gue, gue pasti buka tipi, mantengin Indosipiiiiiiip (disensor demi kebaikan umat manusia yang belum keracunan) yang emang menyuguhakn tontonan ga jelas itu, dan ketawa sendiri.

Gue inget waktu gue nyoba mainin aer sabun yang udah dicampur dengan cat aer dan berakhir dengan warna-warni ga jelas yang nemplok di dinding rumah. Iya, gue kena marah waktu itu. Silakan Anda ngakak atau ngadu ke bokap biar gue dimarahin lagi.

Last, for you Teletabis yang pernah menjerat gue dengan racun yang amat kuat, dietlah.

Monday, April 27, 2009

And The Patronus of My Life are...

Oke. Gue habis ngebaca blog Raditya Dika dan menemukan entry zaman batunya tentang Patronus alias hal-hal yang bisa membuat Dementor menjauhinya. And believe me, this entry do makes me believe that I can let the Dementors (or even Dementies which are Dementor's wife. Haha, kidding :D ) go away without a magic wand on my hand.

Wow, how could Radith makes me open my eyes that easy? I don't know, actually. But it happens. What else?

Wait a minute. Ngerasa dikasih 'PR' lu Dhis, sampe bikin postingan ini segala?

Alah, who cares. Here we go aja ah.

1. Watching MTV Insomnia every night. Okay, this kind of disease is very annoying. But after I watch them, guest VJ Surya and Adit, on TV,insomnia menjadi hal yang lumayan gue tunggu di malam hari *ketawa*. Tapi tetap gue harus menahan diri agar tidak kebablasan dan dikira manusia titisan dracula yang pucet dan berkantung mata karena gak tidur sampe pagi (in case, inilah yang sedang gue lakukan. Saat gue menulis draft entry ini, waktu menunjukkan pukul 03:28 subuh. How great).

2. Naik ojek ke kostan Rahma, ngaso di kamarnya yang dingin dan separuh dapur (gue gak bohong soal ini), plus sedikit ngeberantakin kasurnya dan ngebikin dia kerepotan selama dua jam kedepan. Kalo lagi agak gila, gue bakal ngejahilin Mely dengan ngeberantakin kasurnya (which is kasur paling rapi di kostan Shining) atau men-tidit Winsuk dengan biadab. Kalau lagi agak gila naik dikit, nyulik 'benda keramat' yang juga merangkap sebagai phobianya Rahma dari kamar mandi dan mulai nakut-nakutin dia sampe mampus atau niruin Tukul dan sukses bikin Ega jerit-jerit jijik sambil nutup mata dan kuping ("Isssh! Jadilah Dhis! Jijik nian aku! Jijik! Jorok nian sih kau!"). Oh come on, Ga. I don't think that Tukul is as disgusting as you think. He still a human being, right? Manusiawi dikit dong ah, walau Tukul kagak mirip manusia *dibakar*.

3. Naik ojek ke kostan Rahma, nelpon Wenuk suruh dia dateng, ngaso di kamar Rahma yang dingin dan separuh dapur (gue masih gak bohong soal ini) sambil nungguin Wenuk dateng, naik ojek ke PTC, terus dengan biadab main DDR sambil nebelin muka pake semen campur beton (ini mau main DDR apa bikin pondasi gedung?). Baru akan beranjak setelah mendapat penzhaliman (baca: dikatain secara tidak manusiawi, tulangiawi, parisandawi, dan kacangiawi) yang tidak tanggung-tanggung dari orang-orang yang gak sengaja lewat (bahkan mbak-mbak yang jaga Fun City tempat kita main DDR) yang ternyata gape DDR dengan pandangan 'pergi lo jauh-jauh, amatir. There's no place for idiots like you'. Kalo udah gini, kita bakal ngabisin sisa-sisa koin (atau bahkan ngais-ngais dompet dan tas buat beli koin lagi) di karaoke box dan ngerekan adegan nyanyi kami yang gila-gilaan. Seandainya karaoke ini gak perlu pake koin, kami pasti bakalan pulang pas Fun Citynya tutup.

Oh iya. Soal ini, kapan-kapan gue aplot videonya. Doain aja gue gak lagi gila saat itu. Karena salah-salah gue bukannya ngaplot di FB atau blog malah ngaplot di narsis.tv dan sukses bikin muka nista kami dipampangkan di Global TV. How great.

4. Bucu alias online pake laptop Kokon buat FB-an dan mainin Mafia Wars. This kind of jobs are never boring. Kalo lagi iseng gue bakal pasang Y!M (walau yang bakal nge-IM bisa diitung dengan jari tangan kiri). Kalo lagi ngalir idenya gue bakal ngeblog. Kalo lagi gak ada kerjaan beneran gue RPG-an. Kalo lagi bete gue bakal baca blognya Radith. Kalo lagi gak penting, ya gue buka yutup dan ngehabisin menit-menit berharga sebelum limit Speedy gue berakhir dan ngebikin nyokap sukses ngebayar tunggakan harga yang perbulannya bisa sampe tiga ratus ribuan. Ah, Mum. I hope after I leave the house and study at Jogja, tarif pembayaran Speedynya berubah murah.

*baca ulang kalimat terakhir*

Ralat. Gue lupa kalo selama masih ada Kokon dan Abi (adek gue yang ketiga) di rumah, there's nothing called 'cheap' in that house. Adios, Mum. Keep spirit and gambatte kudasai.

5. Ngutak-atik Sotosop dan bikin perut kenyang menghasilkan beberapa siggy baru dengan modal minimum namun hasil maksimum. Sudah berapa lama gue gak apdet texture ya, ngomong-ngomong? Walah, sebodo deh. Actually I still can make those things well without much of texture inside this laptop (silakan muntah saudara-saudara, atas kepedean saya yang mendekati batas maksimum ini). Kadang-kadang kalo lagi baik ngeditin fotonya Kokon. Kalo lagi narsis ngedit foto sendiri buat new deviation di DA gue. Kalo lagi rajin ya.... Euh, bikin brush sendiri? Yeah, dari pict-pict gak jelas, actually. Gue sadar diri kok, gue gak berbakat banyak di bidang seni dan desain. *urek-urek tanah*

6. Masuk kamar, bediri di depan kaca dengan baju yang (maaf) lumayan minim, terus nyalain lagu-lagu upbeat dan ngedance. Keluar keringet sambil senyum lebar. Atau gak ngedenger lagu pake headset, ngebuka list lirik di hape dan nyanyi-nyanyi sendiri pake suara yang gak kira-kira gedenya. Kalo lagi mood, melakukannya di malam hari dan ngebikin bokap ngetok kamar, memastikan anaknya masih waras atau sudah waktunya diberi tahu akan kebenaran bahwa penyakit gila yang diidapnya sejak lahir sudah mulai menunjukkan tanda-tanda eksistensi. Kadang-kadang nyokap sampe marah-marah gara-gara anaknya kagak pernah mau belajar. Lebih sering menzhalimi telinga-telinga tak bersalah dan memaksa mereka mendengar suara-suara yang lebih parah dari anak babi lepas.

7. Bikin lagu. Atau tepatnya, lirik lagu dalam bahasa Inggris tanpa grammar yang pasti bakal diketawain bule kalo gue lepas menuju dapur rekaman. Dengan ketidakmampuan memainkan alat musik lain selain recorder atawa seruling plastik dan memenuhinya dengan air liur, alhasil lirik yang gue buat selalu dinyanyiin dengan nada asal-asalan yang gak pernah jelas bunyinya.

But, as we know, ide itu gak selalu datang disaat yang tepat dan senggang. FYI, gue ngebikin lagu buat tugas akhir di kertas burem buat coret-coret ngitung jawaban mata pelajaran Kimia pas UN. Tapi itu mending, karena temen gue kertasnya bahkan kosong dan ngandelin insting menyonteknya dengan sekuat tenaga pada saat yang sama. Yeah, gue lagi ngomongin lo (We)Nuk, (Yu)Go. Kapan-kapan kalau itu terjadi lagi di UTS pas lo kuliah, better you two making a paperplane terus terbangin ke arah pengujinya. Dijamin lo terbebas dari segala kepenatan kuliah karena kemungkinan lo di DO akan menjadi sangat besar. Bukan ga mungkin itu pertemuan tekakhir lo dengan temen-temen lo. Sayang ya, memang. Tapi seru kan? *digebuk*

8. Buka-buka hasil editan sendiri pake ACDSee 9 karena, as usuall, ingin mengagumi keindahan (indah? Busuk gitu 'indah'?) hasil tangan gue. Kalo gak, gue buka-buka paper folder yang isinya gambar bikinan gue sejak SMP. Unscan rata-rata karena scanner gue installernya ilang *garuk-garuk tanah*. Dengan ngebuka-buka file gue, gue bisa membuka memori dan merefresh diri untuk membuat sesuatu yang baru plus menikmatinya dengan senang hati. Gue punya kebiasaan menyimpan segala sesuatu yang gue punya (bahkan terkadang sampah sekalipun --a). Tapi gue suka kok. Gue emang bertipe seperti itu. Jadi jangan heran kalo kamar gue isinya banyak (dan rata-rata isinya sampah semua :D).

9. Buka buku Raditya Dika, baca ulang sampe kelar dalam waktu sekian jam dan ketawa sampe puas. Bener-bener membantu merefresh hari. Kadang-kadang gue malah kayang, mencoba mempraktekkan kegokilan anak manusia setengah monyet itu. Radith, Radith. You're a part of my life. Gue gak tahu gimana hidup gue kalau aja hari itu gue gak diperkenalkan sama buku Cinta Brontosaurus (which is buku Radith pertama yang gue punya) oleh Ririn waktu kita lagi jalan bareng di PTC. Ah ya Oma. Gue baru menyadari kalau itu merupakan salah satu hutang budi gue ama elo. Eh, tapi jangan minta ganti pan pizza saat lo sadar tentang ini ya! Gue kagak ada duit Mamen! *kabur*

Ah ya. Gue rasa itu dulu Patronus-Tanpa-Tongkat yang gue punya. Gue rasa masih ada sangat banyak sekali hal-hal serupa yang gue lakukan untuk mendapatkan kesenangan dan membuat Mamas Dementor berlarian karena gue terlalu senang. Kalau diibaratkan, Dementor adalah rasa sedih. Dan rasa sedih itulah yang gue basmi dengan hal-hal tersebut di atas.

Menyenangkan?

Sangat.

_____________


**Tambahan deh. Buat lo pada yang punya installer scanner Canon tipe CanoScan LiDE 25, gue pinjem dong. Itu Scanner mau gue bawa lari ke Jogja entar demi kepentingan membuat Deviation. Semoga lo-lo pada yang baik hati mau minjemin gue, walau gue juga gak tahu gimana cara lo minjeminnya *digaruk*.

*Tambahan lagi deh. Buat Rahma, itu si Manohara tingginya bukan 171 tahu! Doi ngomong di tipi "...tinggi saya satu meter tujuh puluh lima...". Halah, dasar lo ngaku-ngaku sama tinggi sama Mano. <<-- gak penting abis.

Friday, April 17, 2009

Gak Tahu Mau Ngisi Apa, Jadi...

Ngeliat entry Oma yang soal nama dan lagu, gue mau ah, ngikutin. Inilah lagu favorit gue sesuai nama... *kabur sebelum diinjek manusia-manusia penderita kontra-plagiatisme akut*

A : A Thousand Miles, David Archuletta (original singer: Vanessa Carlton)
D : Don't Stay, Linkin Park
H : Hollaback Girl, Gwen Steffany
I : I'm a Slave 4 U, Britney Spears
S : Shout at the Devil, Motley Crue
T : That's Not My Name, The Ting Tings
Y : You Really Got Me, Van Hallen

H
: Heaven, DJ Sammy
A :
A Place for My Head, Linkin Park
F : Faint, Linkin Park
I : I Wanna be Sedated, The Ramones
Z : (Emang ada gitu?) (Oh, ada) Zakia, Ahmad Albar (silakan ngakak)
A : All or Nothing, uhh, lupa :p
N : Nakal, Gigi
U :
Uptown Girl, Westlife
G : Godai Aku, Agnes Monica
R : Reflection, Christina Aguillera
A :
A Whole New World, Lupa-Penyanyinya

Uhh, diedit sewaktu-waktu *lirik Rahma*.

Well, itu udah gue edit lho. Sambil nonton The Masta gitchu predh. :D Aih, gue pengen nulis banyak. Tapi lagi di henpun beginih. Jadi... OTL

Thursday, March 26, 2009

Penzhaliman Happy Tree Friends: Kejam?

Yo Mameeeen! Back with me, Kacang. Alhamdulillah, gue balik kali ini dengan laporan yang sempurna kesenangannya buat gue. Well, gue lulus UGM dan beban di salah satu pundak gue sudah terangkat dengan tanpa sisa. Satu-satunya beban yang gue punya sekarang cuma UN. Apakah gue bisa lulus dengan nilai yang bikin yokap bangga? Ataukah gue bakal lulus dengan nilai empet-empetan sama standar kelulusannya (NAUDZUBILLAHIMINZALIK!)? Oke, doakan gue berhasil mencapai yang pertama.

Atas keberhasilan gue itu, gue mengajak Rahma dan Ega jalan dan mentraktir mereka walau gak seberapa banyak. Dan inilah report gue atas perjalanan gue kemaren bersama dua anak tuyul ini. And here we go.

Acara pertama, nonton. Kita nonton Dragon Ball. Dan oh my Gosh! Betapa gantengnya pemeran Goku itu. Gue berapa kali jejeritan ngeliatnya. Tapi ada yang bikin gue (dan Ega) kecewa berat. Yamchanya subhanallah jeleknya *nangis guling-guling*. Kesel banget gue. Padahal Yamcha pan ganteng banget gitu. Hek. Dan Chi-Chinya, aduh, seksi banget. Menurut Ega, tetian (gue ngakak gitu ngedenger istilah ini). Lumayan ah, nambah kosakata.

Pas mau keluar, kita nyempetin foto. Cumanya, gak dibolehin ama masnya. Yaaaah, kena marah. Padahal posisi Ega yang ngedudukin Rahma pewe abis. Sayang gak bisa diabadikan *ditimpuk karena lelet banget ngambil kameranya*.

Selanjutnya, kita keluar untuk makan. Well, disinilah petualangan berfoto kita dimulai.


Happy tree friends (tanpa bunuh-bunuhan tapinya)

Dan merekalah persembahannya penzhalim lainnya

Ngintip dikit aaaa~h...

Makanan yang terzhalimi

Whadda ya think? Caem-caem beneur pan? *narsis.co.nr*

Ah, penzhaliman luar biasa. Tapi seru juga. Lumayan.

Cipok aja Dhis. Cipok. Huahahaha!

Selanjutnya, kita keluar dari Solaria, tempat kita makan, dan melangkah menuju Timezone untuk penzhaliman perjalanan berikutnya. Sampe disana setelah mengisi kartu, kita langsung menuju Van Gogh's Studio buat foto-foto. Hasil lukisan pertama buat gue. Hasilnya, lumayan. Foto berkheng ria. Huahahaha.

Nah, penzhaliman balik dimulai setelahnya.

TIGA KALI MATI LAMPU! PIM sialan. Tiga kali PIM mati lampu tepat setelah kita selesai motret dan tinggal lukis! Wadefak? Sialan. PIM sialan. Untung aja mas-masnya gak gue tuntut ganti rugi bonus sekali foto. Rugi, rugi dah lu Mas. Pret cuih.

Penzhaliman satu: menaiki mainan balita. Helga, kau pintar Nak.

Penzhaliman dua: Mainin DDR dengan biadab. We are the greatest Ma! *toss Rahma*


Bukti penzhaliman balik dari PIM: dua penzhalim pundung dengan latar mati lampu (thanks to blitz kamera)

Inilah lukisan Mas Gogh setelah mati lampu untuk ketiga kalinya. *tepok tangan gak ikhlas*

Dan gue pun pulang kemaleman. Bagus. Kena marah nyokap. Tapi bodo amat. Yang penting udah dapet experience baru. Nyihihi.

Oke, itu aja perjalanan gue. Dan kesimpulannya: menyenangkan :D

Sunday, March 15, 2009

Kacang dalam Wawancara UGM: Jogjaaaaaa~

Yoo, gue datang membawa kabar atas kehadran gue di kota pelajar, Jogjakarta, dari Sabtu, 14 Maret 2009, sampe Senin, 16 Maret 1009, dalam rangka menghadiri tes tahap kedua Penelusuran Bakat Swadana Universitas Gadjah Mada yang berupa wawancara. Well, gue akan menerangkan dari hari pertama aja ya. Hekhekhek.

1. Sabtu, 14 Maret 2009

Gue berangkat jam 10:45 dengan lima orang (atau tujuh diitung Mbak Diah ama bokapnya yang walau misah tetap aja berangkat bareng) lainnya, yaitu Ibu Ria Wilastri, Bunga Arienty Laulara, Ferdy Febbiano Anggriawan, Harlian Setiadi, dan Nurbetha. Kesemuanya dari SMA Plus Negeri 17 Palembang alias sekolah gue. Berangkat naek Lion Air (dan gue BERSYUKUR BANGET bisa selamet) dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Gue berangkat dengan penuh sukacita setelah puas nyalamin semua wali temen-temen seperjuangan gue yang bisa gue temui. Well, untung mereka semua gak ada yang habis makan sambel terasi.

Dengan penuh sukacita juga, gue sampe ke Jakarta. Nyari makan di sana siang hari dan kemudian masuk kembali. And you know what guys, GUE LIAT OMESH EXTRAVAGANZA! Owalah makjaaaaaaang! Tapi bukannya buru-buru ngeluarin kamera dan ngajak foto bareng, gue malah narik-narikin baju Bunga sambil ngoceh, 'Gila Bung! Cakep banget!'. Nah, yang ini gue gak boong kok. Sumpah ya, si Omesh itu cakep banget! Putih-tinggi gitu. Waktu itu doi pake polo shirt putih dengan celana tiga-perempat, pake kacamata item pula. Dan gue NYESEL BANGET gak berani ngajak foto bareng *guling-guling nista*. Padahal, kita satu pesawat sampe Jogja (menurut Kak Aji Prawibowo Mukti yang gak lain adalah kakak angkat gue sendiri, doi ngebawain acara On The Spot). Sampe sana pun, gue masih gak berani ngajak foto bareng. Sumpah Dhis, lo bego abis.


Di Airport Jakarta. Ki-Ka: Mbak Diah, Harlian, Betha, Ferdy Tol

Sore hari jam empatan kita sampe dengan selamet sentosa ke Wisma Gadjah Mada yang akan menampung kita selama tiga hari ke depan setelah dijemput dengan asoi oleh Kak Arya feat. Kak Desi (ehem, ehem). Sampe sana, ya... Khas cewek, mandi. Sorean dikit, datenglah Rizky Indranata ama M. Berry Isnadi Art alias Ike sama Berry yang emang dateng ke Jogja duluan. Nyah, dua manusia lelaki ini dateng cuma bentar, gak ikut makan pula. Lucu kali kalian, Nak. Terus dateng Sarah Paradiska yang langsung ngiler nyium bau mpek-mpek yang kita bawa. Heheheh. Setelah menahan diri karena kata Bu Ria mpek-mpeknya dimakan kalo senior udah pada ngumpul aja, akhirnya dia ngajak kita makan malem. Di tengah makan, datanglah Kak Aji. Nyahaha! Rupanya doi rebonding, mameeen! Gue kaget aja gitu liat rambutnya yang aslinya kek sarang tawon berubah jadi Kangen Band wanna be. Kalo dibelah tengah persis banget ama pokalis ST 12. Muakakak.

Dan waktu sampe ke wisma, ternyata udah banyak senior ngumpul (setelah ditelpon Kak Aji dengan embel-embel 'Ado Mpek-mpek oy!'). Langsung dah kita masuk kamar semua dan ngobrol banyak. Gue ama Bunga gesit minta petuah bagaimana menghadapi tes wawancara. Rame banget dah pokoknya. Semua angkatan 9 (alias angkatan di atas gue) ngumpul walau gak semua. Gue sempet diceritain tentang wawancara sama Kak Robi, Senior gue sekolah dan calon senior gue dan Ike di Planologi (amiiiiiiiiin!). GUe bersyukur juga mereka semua baik-baik.


Suasana di kota santri kamar 206

Terus gue diculik. Iye, bukan diculik beneran. Gue diculik Kak Aji keliling-keliling Jogja, dikasih liat kampus-kampus UGM. Well, keren. Gue makin ngiler kuliah di tempat ini. Nyahaha. Again, lo pada doain gue yak, biar lulus (halah, intinya tetep aja minta doa).

2. Minggu, 15 Maret 2009

This is it!

The judgement day (cailah, lebay) has come. Saat itu gue nervous, tapi okelah. Gue bisa bertahan. Gue dibangunin pagi-pagi, disuruh mandi sama Bu Ria. Ah, gue jarang banget bangun sepagi itu. Gue pake jas lengkap dan berangkat setelah sarapan. Dan gue dateng telat. Hahah. Iye, gue lupa bilang Bu Ria kalo gue sudah harus ada di tempat setengah jam sebelum wawancara. Padahal wisma gue cuma sejengkal dari Grha Sabha Pramana UGM tempat tes wawancaranya berlangsung. But, it's okelah. Toh gue masih ditungguin. Nyahaha.

Gue duduk di antara dua pemuda yang lagi asyik ngobrol. Lumayan, cuci mata pagi-pagi. Huahaha. Satunya calon mahasiswa jurusan Geodesi, dan satunya lagi calon mahasiswa jurusan Planologi, sama kek gue (waaaaaaa! Doain biar gue diterima dan doi juga diterima *digebuk*!). Dan wawancara gue yang dimulai lima belas menit kemudian, alhamdulillah lancar. Ditambah sedikit bualan (whatsoevaaaaa), gue lancar ngoceh di depan dua penguji yang baeknya minta ampun. Saking baeknya, gue seolah liat sepasang sayap malaekat di punggung mereka *lebayituibadah.co.cc*. Terakhir, gue disuruh ngedisain baju buat salah satu pengujinya. Dan gue bikin sketsa sebuah kemeja. Lumayan, dipuji juga.

Gue pun selesai dengan penuh senyum.

Adegan yang terjadi di luar gedung saat itu tampak seperti salah satu potongan telenovela, dimana gue mendatangi Ibu Ria dengan penuh senyum, setengah lompat-lompat, sedikit ngakak, selebihnya lega. Ibu Ria sampe bilang, 'Mudah banget yak, wawancaranya, sampe kamu lompat-lompat gitu jalannya?'. Muakakakak. Biasa aja sih, Bu. Mudah tuh, enggak. Susah banget tuh, juga enggak. Jadi yaaaaa, enggak terdefenisi gitchu *kedipin Ibu Ria*. Dan Ferdy keluar juga, mukanya susah gue defenisiin. Jadi, keknya gak perlu gue defenisiin *digebukin*.

Setelah itu gue balik ke Wisma dan menemukan ada Ike di sana. Ada Bunga juga. Walhasil gue diwawancarai sesi kedua oleh mereka (nyahahaha). Berry udah berangkat kalo gak salah, waktu itu. Jadi ya, doi gak ada. Gue yakinin Ike kalo pengujinya gak ada aura mengintimidasi dan asal lo banyak omong dia bakalan baik ama elo. Dan itu dibuktikan oleh Ike sendiri siang harinya. Sayang Bunga agak dapet kendala. Tapi so far sih ya, menurut Sarah, tuh dosen yang bernama Doktor Nunung yang juga merangkap sebagai DJ di salahs atu diskotek di Jogja bisa 'menginterogasi' Bunga lama karena doi suka ngobrol sama Bunga. Aminin aja deh, biar doi keterima juga gitchu.

Selepas semua selesai diwawancara, kita jadi gak punya kegiatan. Jadi kedatangan Kak Aji bener-bener bikin obrolan kita makin meriah. Dimeriahkan juga oleh asap-asap rokok yang sukses bikin gue kangen bokap *tendang Kak Aji yang rokoknya semerk ama rokok bokap*. Gue cerita banyak banget. Dan Kak Aji juga berbagi cerita tentang Planologi. Bahaya tidak mengancam saya rupanya, saudara-saudara. Melainkan Ike-lah yang terancam. Kak Aji bilang, kerajaan homo di UGM dimulai di jurusan tersebut. Dan parahnya, Ike langsung menatap gue penuh arti sambil bilang dengan keimutan mode max.

"Dhis, lo entar lindungin gue ya. Gue di deket elu terus ya. Gue kan cakep gitu, entar banyak lagi yang suka ama gue."

Dan saat itu juga rasanya gue mau nendang dia.

Habis itu, seperti orang yang ke Jogja pada umumnya, kita jalan ke Malioboro. Belanjaaaaa! Dan gue beli bakpia banyaaaaak banget. Ah, gue cinta bakpia coklat. Dan disitulah gue liat betapa Kak Aji itu ahli banget nawar. Anjir! Gue kalah telak (yaiyalah! Wong kalo nyokap nawar saya cuma bisa bengong :P)! Gue gak pernah liat orang segitu ahlinya nawar selain nyokap. Tapi kata Kak Aji, Sarah tuh yang ahli banget nawarnya. Gue jadi iri dikit ama Bunga gara-gara doi belanjanya ditemenin Sarah *ngakak*.

Di atas becak yang kita zhalimi bersama

Yang ini abangnya kepoto. Lumayan Bang, nampang di blog orang keren *diinjek rame-rame*

Monyong dan imut *kabur sebelum diinjek lagi*


Lalu semua pada makan malem, kecuali gue ama Kak Aji yang dimana gue menjanjikan nraktir dia makan steak. Dan GILA! STEAKNYA MURAH BUANGGETZ! Mati gue! Di Jogja gendut kali ya, gue entar?
Kacang lagi break the rule. Jelas2 ditulis dilarang duduk, masih aja duduk *dibacok*

Dan malem bangetnya, gue diboyong lagi sama Kak Aji buat keliling Jogja. Intinya sih, gue nemenin dia nyari tempat fotokopi buat motokopi buku les gue yang salah satu babnya dibutuhin oleh dia. Begonya, kita jalan jam sepuluh malem! Jam segitu mah 'bener-bener'nya Jogja udah bobo kale! Kalo mau nyari diskotek iye! Gue dibawa keliling-keliling banget karena gak ada lagi fotokopian yang buka. Isengnya kakak gue nih ya, dia sempet matiin lampu motornya di jalanan yang sumpah-anjir-serem-banget dan dikelilingin ama gedung tua yang gueleeeeep banget. Dan lampunya baru diidupin pas gue cubit dan gue cakar. Anjir. Experience Dhis. Anggep semuanya experience *diem-diem nangis*.

Acara terakhir, gue ke gerbang UGM dan foto disana karena mitosnya, dengan gue berfoto di tempat itu, gue bakalan balik lagi ke sana alias lulus UGM. Yah, wallahualam kalo soal itu. Tapi again semua! AMININ AJAAAA!


Itu bukan penampakan, saudara-saudara. ITU BUKAN PENAMPAKAN!

Waktu makan wedhang ronde, kita baru nyadar kalo saat itu sudah jam 12 kurang 15. Sukses dah, ngacir balik ke wisma. Saat sampe, Ibu Ria keliatan legaaaaa banget. Beliau bilang baru aja mau kirim SMS ke gue. Bahkan isinya dibacain segala.

"Adhisty, Ibu tahu kalo Adhisty rindu sama kakaknya. Tapi ngobrolnya sudah dulu ya. Ibu nggak bisa tidur kalo Adhisty belum ada. Pulang ya Nak ya. Bilang Aji sudah dulu ngobrolnya. Besok sebelum pulang lanjut lagi."

Dan gue berasa ditiban tangga.

3. Senin, 16 Maret 2009

Yaaaa, gue balik. Sejujurnya, gue paling benci pulang. Gue sukanya dateng, berangkat, pergi. Bukan pulang, sama kek Bunga. Di bandara Adi Sudjipto, gue ngeliat Butet Kertaredjasa yang notabene juga idola gue. Owalaaaaaah! Gue pengen foto bareng juga, tapi again, tetep gak berani *garuk-garuk tanah*.

Inilah kamiiiiii! Ki-ka: Harlian, gue, Mbak Diah, Bu Ria, Bunga, Tolz

Bu Ria nih. Orangnya baeeeeeeeek banget.

Intinya? Ya gue pulang. Udah. Gak usah dibahas. Entar gue malah pengen balik lagi.

_______

Sekarang gue udah di Palembang. Dan gue pengen curhat sedikit bahwasanya gue kesel banget sama ORANG GILA SEDENG TIGA WANITA--DUA DI ANTARANYA MANTAN LELAKI--YANG BIKIN GUE MAU NGAMUK DAN NENDANG MEJA. MAsih untung gue penyayang ya! Gue keluarin kata anjing gak di depan lo pada. ANJING LO! ANJING! Gue kesel! Masih kesel! AAAAAAAAAAAAAAAARGH!

Oke, maaf. Gue emosi. Ha ha ha *ngakak hampa* *ngeloyor pergi*.

*lupa. Balik lagi* Kenapa lo, Njings (kan plural. Jadi dikasih S :P)? Iri lo? Ha ha ha *ngakak hampa lagi* *pergi beneran*.

((OoP alias Out of Post: Gue males baca ulang. Kalo ada typo, harap segera hubungi via CB. Ho ho ho.))

Monday, March 9, 2009

Between Me, Mum, and Asma

Hai guys. Back with me in black in news, Kacang. Semoga saat lo baca ini lo ga muntah darah karena bosen liat entry gue. Ah, well. Gue ada di sini juga karena gue bosen guling-guling kanan kiri kek gangsing di atas kasur. Jadi lo pada ga boleh bosen *grin* *ditabok bolak-balik*. Hah? Lo mau tau kenapa gue guling-guling doang? Well, demi melayani para pens gue *diinjek berjamaah*, gue akan ngaku. *berdehem* Tes, tes. Satu dua tiga. Tes biji kates *ditabok*. Uh, sebenernya *tampang serius* gue... *telen ludah*

Asmanya kumat...

*petir menggelegar, ikan menggelepar, semua terkapar*

Well, terima kasih atas apresiasinya guys.

Kerennya, nyokap gue baru ngeh kalo anaknya yang paling caem sedunia akhirat ini nafasnya megap-megap kek ikan habis maraton di daratan *lebayituindah.com* siang tadi sepulangnya dari somewhere only she knows *halah* dan sesaat sebelum gue dipaksa les nyetir. Wow Mum. Engkau adalah ibu paling bertaaaangguuuung jawab di dunia. Ha, ha, ha *ketawa hampa*. Padahal dari Sabtu nafas gue putus-nyambung dan sampe sekarang gue gemeter karena meriang. Mencet tombol hape aja, aduuh. Susah pisan. Serasa mencet tombol hape buatan tangan liliput. Dan dengan berbekal seorang kakak yang berprofesi sebagai dokter (yang dipastikan bukan dokter hewan atau dokter jiwa oleh Adhisty Cikeureun), nyokap nelpon dan meminta seseorang mengirim obat sesak nafas buat gue. Wow, wow, wow, Mum. Engkau memang ibu paling hemaaaaat di dunia. Ha, ha, ha *ketawa hampa lagi*.

Betapa gue tersiksa dengan rasa sakit yang (gue quote dari postingan gue kemaren) membuat gue merasa paru-paru gue ditenggelamkan di lumpur hisap sampe hampir setengahnya. Dan hebatnya, nyokap masih bisa nyalahin gue dengan bilang, 'salah sendiri kenapa ga keluar kamar dari tadi'. Hellow? Apa gue gak salah denger? Keluar kamar? Ke WC dalem kamar aja gue ngesot *again, lebayituindah*. Pake nyuruh gue mandi dan bilang gue bau. Muuuum, ane pan lagi meriang. Keringet dingin. Sakit. Lemah. Mbok yo mengerti tho kalo gue ga tahan mandi pake aer. Mungkin seharusnya gue disiapin seember debu buat mandi (eh, tapi paling gue mati duluan karena debunya bikin gue makin sesak nafas). Ya, sekalian gue taharoh dan sholat beralas daun pisang. Lalu gue pasang plang di depan pintu dengan tulisan, "Sedang Mendalami Kesederhanaan Islam. Do not disturb or die".

Padahal, my Gosh. Gue udah harus persiapan terbang ke Jogja sebelum Minggu, 15 Maret 2009. Karena, seperti yang gue tulis kemaren, gue harus tes tahap 2 UGM alias wawancara langsung di UGMnya. Nah, kalo keadaan gue begini, gimana caranya gue berargumen dengan penguji coba? Misalkan saja begini.

Gue (G): Pak Penguji yang terpuji, hhh *suara napas gue yang nyaris putus*, apakah ada, hhh, pertanyaan lagi? Hhh...

Penguji (P): *speechless* Uhh, err, gini. Sudahkan Anda minum Yapiiipkult hari ini?

G: Pak, *De Rahma mode max* hhh, serius dong, hhh, ngasih perta, hhh, nyaannya, hhh. Saya, hhh, udah jauh-jauh, hhh, datang dari, hhh, jauh, hhh.

P: Ee, iya. Gini. Apa gak sebaiknya kamu ke UKM (Unit Kesehatan Mahasiswa. Anggap aja setara UKS. I have no idea guys) saja?

G: Pak! Hhh, Pak, apakah, hhh, Bapak tega, hhh, melihat saya yang, hhh, berusaha... Hik! Hik! *bengek vol. Maximum* *pingsan*

P: *panik* Lho, Nak? Nak? Help! Somebody, heeelp! <-gaul juga ni, pengawasnya.

Dan esoknya, gue akan mendapati nama gue gak tercantum di antara nama-nama orang yang lulus UGM. Lalu jantung gue berhenti berdetak. Ruh gue keluar dari mulut, kabur di balik awan. Raga gue membatu dan sedetik kemudian retak. Akhirnya angin menerbangkan tubuh gue yang mendebu, rapuh seperti sayap kupu-kupu *remember, lebayituindah >:)*. Gue dinyatakan ga lulus dengan alasan super duper sederhana: Anda belum minum Yapiiipkult hari ini Universitas Gadjah Mada tidak menerima orang bengek *nangis nista*.

Oke. Stop dreaming.

Sekarang gue gak mau nyalahin nyokap lagi. Secara dia udah baik mintain obat ke kakaknya (yang kalo mau dan mampu, gue lakuin sendiri juga bisa), beliin gue sate (dan beli fanta blueberry+pepsi blue yang sukses bikin gue ketiban pahala karena udah sabar), sampe membekali gue dengan obat batuk untuk di kamar (karena di rumah yang batuk tinggal gue seorang). But well, intinya, gue masih mau bilang,

Thanks, Mum.

Happy mother's day *hlo?*.

And guys, tetap doain kesembuhan gue agar gue bisa ikut tes di Jogja dengan lancar dan aman. Amin.

Pipis, loph, and cabul.

Nb: Gue pengen nonton Kambing Jantan the movie *pundung*

Sunday, March 8, 2009

Lama Tak Kembali

Hai.

Hai.

Hai.

Sudah terlalu lama gue gak kembali yak? *ngikik-ngikik sambil ngelirik Uci yang minta updatean*. Oke, sebelumnya gue mau minta maaf atas segala kesalahan gue yang gak apdet blog. Tapi sebelumnya lagi, izinkan gue mengajukan pembelaan tentang kenapa dan apa alasan terlogis yang bakalan lo pada terima atas keterlambatan gue apdet blog. *grin*

Pertama, masalah WB.

Yeah, siapa sih yang gak pernah WB? Yang gak nulis aja bisa WB. Ya gak Dek? *nanya ama adek bayi* *celingukan nyari si bayi* *geplak pala* Oh, iye. Adek gue yang bontot aja udah kelas 4 SD. Mana punya lagi gue adek bayi. Ha ha ha. *ketawa hampa* Mau yang lebih garing? Makan wafer Tang piiiiip go.

Ah, gue ngerubah skin ya. Habisan, gue kurang suka dengan skin yang lama. Cukup sudah gue menerima cacian, makian, hujatan, hujan salju, badai beberapa komplain yang mengatakan bahwasanya blog gue tulisannya bikin mata berubah menjadi semut-semut merah yang berbaris di dinding. Hahaha. Segitu kecilkah 10 pt, guys *mukepolos*? Makanya pake kacamata *ditimpuk*

Ah, gue merasa gak sehat. Oke, gue bukan hanya merasa, tapi memang gak sehat sama sekali. Padahal hanya tinggal menghitung hari sampai gue harus berangkat menuju Jogjakarta dan mengikuti tes wawancara di UGM. Hooh, betapa menyedihkannya gue saat ini. Sesak nafas, batuk, pilek, meriang kadas, kurap, kutu air, panu *tabok tangan sendiri*. Gue bahkan gak hadir di pertemuan kedua latihan mobil. Hooh, pintar kau, Dhis. Kau bilang mau bawa mobil ke Jogja kalau sudah keterima kuliah *garuk-garuk pantat--eh, salah, garuk-garuk pala*. Betapa gue merasakan sakit yang amat sangat di bagian dada. Seolah paru-paru gue ditenggelamkan di tengah lumpur hisap (sebenernya gue gak pernah juga ngerasainnya. Ah, drama queen mode on).

Ngomong-ngomong soal UGM, gue ALHAMDULILLAH keterima tes PBS tahap awalnya alias tes tertulis. Dan, oke, entah ini perasaan gue seorang atau memang kejadian, gue merasa teman-teman gue 'sedikit' menjauhi gue karena mereka baru tau (atau baru ngeh ama dan mau gak mau percaya sama omongan gue. Sialan lu pada) kalo UGM hanya melihat pilihan pertama. Salah satu temen gue yang lemes di pagi tanggal 7 cuma bisa cengo sambil bilang, 'serius tuh? Kok gue gak tau?' WTF? Kemana aja lo pas gue ngomong, mameeeen? Apakah gue ini makhluk transparan yang gak bisa lo liat? Helooow? Gue idup! Idup! WTF??

Oke, satu bentuk kekecewaan sudah gue lukis sempurna. Buat kalian yang baca dan merasa menjadi salah satu orang yang kecewa karena baru tau hal itu dari gue, harap INTROSPEKSI DIRI ANDA dan tanyakan, apakah seorang Adhisty Hafizanugra pernah berkata 'Ah, gak usah tahu pilihan kedua. Kan itu gak diliat,' saat Anda bertanya padanya apa pilihan kedua yang dia ambil untuk UGM? Pernah? Bagus. Berarti Anda bukanlah seorang yang pelupa dan tipe yang menghargai orang lain. Mau apa dari gue? Applause? Piringan penghargaan? Ha ha ha.

Ah, kenapa tiba-tiba gue ngoceh?

Oke. Intinya begini. Gue tanggal 14 atau 13 akan berangkat ke Jogja untuk menghadapi tes wawancara UGM. Dengan ini gue menyatakan PERMINTAAN DOA kepada kalian semua agar gue sehat saat itu dan tidak terkapar seperti saat ini. Ah, sekarang gue emang lagi duduk karena kabel internet menuju kamar gue udah diputus. Hahaha. Jadi, gue pengen banget sembuh, dan gue pengen banget lulus, dan gue pengen banget dapet doa dari kalian semuanya. Sedikit aja cukup deh. Kayaknya doa juga bisa ditumpuk. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit *ngakak*.

Nah. Itu kan skin gue Emily. Kenapa? Karena doi keren. Halah, gak penting ya? Bodo amaaa~t.

Ah, iya. Biar panjang, izinkan gue memasukkan ini. Pertanyaan ini diambil oleh sepupu gue dari blog Jessica Shoemaker, anak IH. Dan akhirnya, berhubung gue suka banget ngisi biodata, gue kutip deh, pertanyaannya.

YOU—me?

001. Real name ? Adhisty Hafizanugra (artinya kata mama sih bagus. Tapi gak tahu apa. Tahunya Hafiza ya... Orang yang hapal Al-Quran perempuan. Bisa juga gabungan nama Papa-Mama)
002. Like it? ? Suka. Lucu. Gak sukanya karena mirip ama nama adek dan ada nama yang sama di sekolah. Dan orang-orang suka pada salah nulisnya. Bikin capek ngingetin.
003. Nickname(s)? Adhis, beberapa panggil Dhi-Chi (sok imuuuuuuut XP), dhiz pada umumnya, Adhisty yang baru kenal. Atau... Kacang... Jauh amat yak? *ketawa*
004. Status ? Single. Agak kurang enak
005. Zodiac sign ? Libra (dan gue mau gak mau percaya dengan ini. Ya ampun! Gue obsessed sama sesuatu yang seimbang!)
006. Male or female ? Female
007. Elementary? SDN 170 Palembang (yang kemudian berubah nama menjadi SDN 234). Yang paling seru, cinta pertama gue kea di komik. Saling benci tapi cinta. My Love My Rival boooo~ XD
008. Middle School ? SMP N 9 Palembang. GUe dapet pacar pertama (1 th 3 bulan 2 hari) dan pacar kedua (5 1/2 jam). Muakakakak.
009. High School ? SMA N 17 Palembang (ah, mimpi buruk).
010. Hair color ? Item
011. Long or short ? Long, wave
012. Eye color ? Brown
013. Weight ? terakhir nimbang sih, 46
014. Height ? Sekitar 158-160 cm (sebenarnya gak tahu)
015. Righty or lefty ? Righty
016. Loud or Quiet ? Totally LOUD! Muakakakak!
017. Sweats or Jeans ? Jeans always
018. Phone or Camera ? Phone... and camera juga. Tapi kalo udah beli yang pro. Pasti dibawa kemana-mana.
019. Health freak ? Ga juga.
020. Piercings?? Satu sama buat kanan0kiri. Pengen nyoba di puser dan dagu soalnya lekukan disana cocok buat pierching X3~
021. Do you have a crush on someone? ? Iya. Kenapa? Yang jelas bukan sama cewek kok.
022. Eat or Drink ? Drink. Habisan, sebanyak apapun gue makan gak gitu guna. Gak naik berat badannya :))
023. Purse or Backpack ? Backpack. Semua bisa masuk (tipe orang yang suka mencecerkan barang)
024. Tattoos ? Pengen punya satu di pergelangan kaki bentuknya tiga tapak kaki anjing.
025. Do You Like Yourself? ? Absolutely yes. Gak sukanya paling ya, suka plin-plan dan kalau udah marah gak terkendali samapi orang kesel juga karena jadinya lebay :p
026. Current worry? Ah, entah saya bisa kuliah dan membahagiakan orang tua atau enggak.

THIS OR THAT

027. Orange or Apple Juice? ? Orange.
028. Night or Day? ? Night
029. Sun or Moon? ? Moony moon.
030. TV or Internet? ? Dua-duanya. Nggak bisa nggak :p
031. PlayStation or XBox? ? PLaystasion, Gimme the stick guitar!
032. Kiss or Hug? ? Hug (walau dikiss rasanya lumayan juga XD)
033. Iguana or Turtle? ? Nanana iguana...
034. Spider or Bee? ? Spider
035. Fall or Spring? ? Fall. Romantisme empat musim tuh :))
036. Limewire or iTunes? ? iTunes deh
037. Soccer or Baseball? ? Baseball, walau gak gitu bisa maininnya :))

FIRSTS

038. First surgery ? Gak pernah
039. First piercing ? Waktu masih bayi.
040. First best friend ? Mira, Fefi, Icha, Yani.
041. First sport? ? Cat and Mouse (muakakaka) I mean, kasti (dan sukses dapat flek di mata karena ketimpuk bola)
042. First award ? Lomba mewarnai
043. First crush ? Tri Luckynda Putra, pas SD. Eh, apa kakak sepupu duluan ya? Ah, yang itu suka-sukaan doang keanya. Hehehe.
044. First pet ? Ah, apa ya? Kitty (kucing kampung tiga warna) duluan atau Lala (kelinci coklat yang anaknya segudang) duluan, lupa.
045. First big vacation ? Bali, pas kelas 2 SMP. Eh, jauh mana sih, Palembang-Bali ama Palembang-Padang? Bali ya? Oke. Bali. Naik bus dan sempet nahan pipis tiga jam. Hahaha.
046. First big birthday ? Umur 1 tahun. Dirayain bareng kakak sepupu yang waktu itu ultah ketiga.

CURRENTLY

047. Eating ? Gak makan apa-apa
048. Drinking ? Gak minum apa-apa
049. I'm about to ? Nonton TV. Termehek-mehek nih. Lagi seru *apasihgue?*
050. Listening to ? Suara TV sama suara hujan.
051. Singing? ? Nggak bisa nyanyi. Batuk pilek gue. Jadi gue nyanyi lagu becyek. Alias gue lagi batuk berdahak.
052. Typing? ? Iye.
053. Waiting for ? Happy Family Me versus Mom. Dimas Beck cuuuuuy!

YOUR FUTURE

054. Want kids? ? Absolutely yes. Dua. Cowok-cewek. Yang cowok dipanggil Babang (alias Abang), adeknya dipanggil Dedek.
055. When? ? Mungkin setahun setelah menikah. Hehehe.
056. Want to get married? ? Tentu saja iya.
057. When? ? Kata Mbak Lian sih, umur 24-25. Amin. Emang pengen nikah muda.
058. Where Do You Want To Live? ? Kalo gak di Palembang, di luar kota atau bahkan di luar negeri. Hohoho.
059. Careers in mind ? Jadi desainer kota. Jiahahaha. Atau gak jadi desainer baju deh. Hehehe.
060. What Did You Want To Be When You Were Little? ? Doketr hewan gara-gara Lala meninggal. Hiks.
061. Mellow Future Or Wild? ? Mellow dong ah. Hehehe.
062. Something You Would Never Try? ? Bunuh diri ya. Dunia itu indah, hidup itu indah.

WHICH IS BETTER WITH GIRL/BOY?

063. Lips or eyes ? Eyes
064. Shorter or taller? ? Taller dong. Perbaikan keturunan itu. Hahaha.
065. Romantic or spontaneous ? Spontaneous-romantic. Jahaha. Suka yang spontan, tapi sesekali harus diperlakukan romantis.
066. Nice stomach or nice arms ? Arms.
067. Sensitive or loud ? Loud
068. Hook-up or relationship ? Relationship
069. Trouble maker or hesitant ? Hesitant. Hehe.
070. Hugging or Kissing? ? Hugging deh. Manis rasanya.
071. Tan Skinned or Light? ? Light
072. Dark or Light Hair? ? Dark dong
073. Muscular or Normal? ? Normal, Muscular dikit deh, biar kelihatan cowoknya

HAVE YOU EVER

074. Lost glasses/contacts ? Gak pernah pake
075. Ran away from home ? Anak rumahan banget ini. Gak coba-coba deh.
076. Held a gun/knife for self defense?? Gak sih. Biasanya cepet mikir buat defense. Tapi mungkin suatu saat bakal bawa-bawa pisau kemana-mana.
077. Killed somebody ? Gak. Pernah terpikir untuk membunuh adek gue sendiri sih. Hohoho. Kejem. :p
078. Broken someone's heart ? Pernah :D. Penolakan penuh kekejaman gue lakukan dua kali. Mutusin cowok yang pacarannya cuma sekian jam juga pernah. Ah, masa muda yang kejam.
079. Been arrested ? Hmm... Gak deh.
080. Cried when someone died ? Sometimes. Gue kaget dikit pas nyadar sama sekali gak nangis waktu kakek dari bokap meninggal. Hahaha. --a
081. Kissed A Stranger? ? N e v e r.
082. Climbed Up A Tree? ? Gak pernah. Hiahaha. Padahal pengen sih. Secara tomboy cuy :p
083. Liked A Friend As More Than A Friend? ? Gak pernah deh. Tahu menempatkan teman di tempatnya, gak akan melebihkan.

DO YOU BELIEVE IN

084. Yourself ? Sometimes. Banyakan percaya walau kadang gak juga (apalagi pas ulangan. Muakakakaka).
085. Miracles ? Sering. Terasanya lucu juga. Apalagi pas lulus UGM dan temen-temen enggak *narsis*.
086. Love at first sight ? Yeap. Khekhekhe.
087. Heaven ? Tentu.
088. Santa Claus ? Gak. Tar gue malah dituduh pengkhianat agama. Kyakhahahahaha.
089. Kiss on the first date ? Gak deh. Ma kasih.

ANSWER TRUTHFULLY

090. Is there one person you want to be with right now ? Yeap.
091. Do You Like Someone? ? Iya. Sekarang lagi suka sama... ah...
092. Are you seriously happy with where you are in life ? Sedikit enggak, sedikit iya. *halah*
093. Do you believe in God ? Tentu saja.

LASTS

094. Received/Sent Text Message ? Received: Alan ya? Mungkin. Sent: Ngebales SMSnya Alan :D
095. Received Call ? Mum. Nyuruh bangun buat les nyetir, tapi mangkir. Sakit. Haha.
096. Call Made? ? Gak nelpon.
097. Comment On MySpace? ? Myspace? Gak punya.
098. Missed Call? ? Mum.
099. Person You Hung out With? ? Gak pergi-pergi sejak kemaren ke sekolah. Huahahaha.

100. Post as 100 truths and tag. << aduh, gimana ya? :p

Another one :

101. Something you wish for right now ? Sembuh dari sakit biar fit pas di Jogja. Capek bikin repot orang. Hiahahah.

Done. Hahaha. Typo? Hubungi gue aja.

Cheers.