Saturday, August 22, 2009

Ospek Baby

Halu hula helo.

Well, saya sudah menyelesaikan Ospek lho, fyi. Keren banget ga sih? Sekarang jadi resmi deh, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. PWK '09 awawwwww! Keren kali. Well, saya ga mau banyak cerita. Masalahnya saya lagi WB, ga tau mau nulis apa. Hahahah. Ga keren sekali sih kau, Dhis. Harusnya kau kan cerita banyak sekali.

Well, kelelahan tiga gari, sori.

Oh ya. First, selamat menjalankan ibadah puasa, guys.

Lanjut.

Bagi kalian yang alumni 17, tentu udah ikutan yang namanya Latdis. Nah, Ospek ternyata beda banget dengan Latdis. Ga ada hukuman fisiknya kayak waktu latdis. Tapi persamaannya masih ada kok. Kalo pas latdis pesertanya dibagi tiap pleton, kalo Ospek--oke. Namanya PPSMB. Puas?--dibagi per-logos. Jatuhnya sih, sama aja. Bedanya, kami jauh lebih akrab karena harus mengerjakan berbagai tugas sama-sama.

Gue dapet logos empat belas, yang mana pas gue nyampe disana, belum ada orang yang baris di belakang pembinanya. Haha, lucky number one again --a. Gue disapa oleh Mas Ziyan yang lagi sibuk megangin papan bertuliskan angka 1 dan 4, disuruh baris. Ya udah gue manut. Nunggu itu bikbos, semua udah tau. Dan rasa lapar bikin gue badmood, kayaknya yang itu perlu lo catet walau ga penting. Gue ga mengalihkan pandangan dari depan saking unmoodnya, padahal anak-anak cewe di belakang pada kenalan --a. Sudahlah, apa boleh baut. Fufufu.

Terus kita digiring pas udah lengkap, buat kenalan. Nyebutin identitas. Disana tahu luarnya aja, ga tau yang lainnya. Tapi ternyata yang namanya awal itu sebelum berakhir pasti ada ceritanya dulu. Logos gue bikin gue comfort, sumpah. Okelah, ada juga yang bikin gue eneg setengah mati, tapi cuma satu orang dan itu ga gitu ngaruh lagi bagi gue. Kakak pembinanya baik banget lagi. Dan gue ketemu temen-temen yang baik banget dan rajin-rajin. Discovering kepribadian lain yang tak terduga juga. Wah, wah. Gue suka banget ama logos yang diberi nama Minto, nama penemu kompor, ini.

Awal-awalnya kita kerja dalam hening. Dikit yang udah saling kenal. Dan gue dengan biadabnya lupa dengan nama siapapun, termasuk itu Dianing yang satu jurusan ama gue *sungkem*. Oh, oh, tenang guys. Sekarang Adhisty Hafizanugra sudah tahu kalian kok. Sudah bisa nyebut nama kalian--walau masih ada juga yang ga bisa gue inget mukanya gimana *ditakol*.

Sekarang gue udah punya Beb.

Udah punya tiga Abang.

Satu Uda.

Baby.

Dan temen-temen yang lain.

Astagah, Logos 14. Logos yang bikin Mas Anang nangis saking ga mau pisah :((

Udahlah. Kita pasti ga akan pisah, guys. Kita kan tak terpisahkan. Sesuai motto deh, santaaaaai~

Walau kita bakal jarang saling liat di kampus nanti, walau kita jarang papasan dan bakal punya temen main yang baru lagi, ingatlah terus kalo kita pernah sama-sama bikin peralatan buat Ospek. Bikin tugas bareng buat Ospek. Dan ngotorin rumah Jeffry buat Ospek *ditakol*.

Dan apakah gue sedih?

....

...yea.

Gue sedih.

Tuesday, August 11, 2009

Racauan Menuju Penembakan (Gagal --a)

Every time i think of you
I feel shot right through with a bolt of blue
It's no problem of mine but it's a problem I find
Living a life that I can't leave behind


Well. Gue cuma mau meracau malam ini. Maka dari itu, gue mohon biarkanlah gue.

Dimulai dari pagi buta, namun mata gue ga ikutan buta. Gue masih melek walaupun jam dengan pedenya nunjuk angka dua pake jarum pendeknya. Dan gue ngehabisin waktu-waktu insomnia gue ini dengan kegiatan seperti biasa:

Baca Komik

Dengan keberadaan penyewaan yang bisa dijangkau dengan ngesot sekian kali dari kostan, gue sehari menghabiskan sampai lima ribu dolar rupiah sekali meminjam komik. Dengan budget seorang anak kost, harusnya gue emang lebih hemat demi kesederhanaan. Tapi entah kenapa, gue ga bisa nahan untuk nyewa "orz. Yea, gue emang salah. Tapi, udahlah. Apa boleh buat. Dan gue, dengan dua belas komik, pun mulai menghabiskan waktu melawan insomnia yang nyaris selalu tersia-siakan. Gue mulai bacaan gue dari buku Nodame seri 3, yang dilanjutkan dengan seri 10 (iye emang aneh. Kemaren gue salah ambil nomer orz) dan seterusnya sampe 15. Lalu gue baca tiga komik Miiko, sampai kemudian tiba giliran sebuah komik berjudul Go Ichigo.

There's no sense in telling me
The wisdom of a fool won't set you free
But that's the way that it goes
And it's what nobody knows
While every day my confusion grows


Gue dulu pernah baca buku itu. Dengan cerita menarik yang bikin deg-degan, gue pribadi suka pada alurnya. Mulai dari cewek pemalu yang ketemu cowok yang kemudian dia suka pas pindah sekolah, sampai akhirnya dia nembak cowok itu dengan penuh keberanian.

Dan bengonglah gue.

Dengan rasa hangat di dada (engga, gue ga ketumpahan minyak angin kok), gue menutup komik itu. Entah kenapa, gue merasa telah diserang oleh sesuatu. Ha, apakah gerangan hal itu?

Ternyata yang menyerang gue adalah sebuah keberanian.

Iya gue tahu jijay banget keliatannya. Tapi yang menyerang gue emang keberanian kok. Lebih tepatnya, keberanian untuk nembak cowok. Nah lho! Gimana itu bisa terjadi, ha? Meneketempe. Gue aja ga tau. Entah mungkin karena saat ini sudah malam sekali, gue jadi mabuk kepayang oleh rasa entah apa. Padahal, sejauh ini, ga ada cowok yang sekiranya cukup dekat dengan gue yang bisa gue tembak. Mampus. Padahal gue lagi pengen banget nembak (entahlah gue kesambet setan apa. Jangan tanya karena gue juga ga ngerti. Masih merasa gue najong? Silakan).

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Dan pada akhirnya, gue emang merasakan sedikit perasaan yang meledak-ledak. Gue-lagi-pengen-nembak-anak-orang. Jeh, gue pengen banget megang senapan saat itu dan nembak sembarangan dengan kemampuan sniper gue yang memberikan nilai tinggi tiap kali main Time Crisis. Mumpung di depan sana ada kostan cowok yang ada cowok gantengnya, kali aja bisa gue massacre sekalian *dibacok*.

Lalu gue inget satu nama.

Satu nama yang gue rasa pantas gue tembak.

Muahahaha! Gue emang keren.

I feel fine and I feel good
I'm feeling like I never should
Whenever I get this way, I just don't know what to say
Why can't we be ourselves like we were yesterday


Gue tarik handphone dengan semangat empat lima, langsung buka New SMS. Dengan sisa-sisa ingatan tentang lagu favorit gue baru-baru ini (Bizarre Love Triangle by New Order), gue ketik dua baris lirik bagian reffrainnya untuk seseorang itu. Sampai pada akhirnya gue nulis title di ujungnya, gue sadar satu hal.

Gue lagi ngapain sih?

I'm not sure what this could mean
I don't think you're what you seem
I do admit to myself
That if I hurt someone else
Then I'll never see just what we're meant to be


Merasa teramat sangat tanggung, akhirnya gue memutuskan untuk menulis hal bego aja. Keinginan gue buat nembak jadi menguap entah kemana. Kelabakan, gue akhirnya nulis apa aja yang ada di kepala. Alhasil, gue malah dengan begonya mengawali dengan menulis: Ga ada maksud apa-apa. Ihwaw. Pinter beneur. Dengan kepala berkunang-kunang, gue pun mengirim SMS itu. Sama sekali tak ada embel-embel pernyataan cinta, sungguh. Yang ada malah SMS gejeh yang ga tau deh, buat apa. Sampe sekarang, doi bahkan belum balas "--a.

Tapi,

gue penasaran.

Apa yang dia pikirin, ya?

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Dan senyum gue pun terkembang.

Biarlah, walau dia ga ngerti dengan SMS gue juga, gue tetep seneng karena udah pernah berniat mengatakan langsung ke dia bahwa selama ini gue suka sama dia. Haha.

See, Kak? Aku sebenernya suka lho, sama Kakak.

Kyaaaaaaaa! Semoga dia ga baca entry gejeh gue ini!

Every time I see you falling
I get down on my knees and pray
I'm waiting for that final moment
You'll say the words that I can't say


Oh ya. Credit song to New Order, Bizarre Love Triangle. Download deh. Bagus lho.

Monday, August 3, 2009

Last Day

Pukul dua pagi, tertanggal 3 Agustus 2009.

Masih insomnia.

Padahal akan menghadapi hari terakhir di rumah.

Berapa lama gue akan merasa kehilangan nanti?

Entah....