Wednesday, August 1, 2012

Teman Curhat Paling Baik Yang Pernah Ada

Assalamu'alaikum.

Kamu pernah curhat? Kalau iya, ke siapa? Teman, sahabat, pacar, atau orang tua? Ya, mereka mungkin orang-orang yang paling sering kamu tumpahi masalah dan keluhanmu. Juga yang sering keciptratan bahagia dan rasa senangmu. Tapi kamu tahu tidak, ada yang lebih, jauh lebih suka mendengarkanmu membicarakan segala keluh-kesah dan kebahagiaanmu ketimbang mereka?

Ya benar. Jawabannya adalah Allah Subhanahuwata'ala.

Kalau kamu curhat dengan temanmu, apa jawaban yang kamu dapat dari mereka? Mungkin bentuk-bentuknya adalah semacam consoling, tepukan di pundakmu diiringi kata-kata 'sabar ya,' saat kamu sedih atau 'aku turut senang,' saat kamu berbahagia.

Curhat dengan sahabat dan pacar, mungkin akan terasa lebih intimate dengan bumbu rahasia yang setingkat lebih tinggi dari curhat dengan teman. Yah, mereka orang yang spesial untukmu dan selalu memberimu support kapanpun kamu membutuhkan. Dan yang kamu bisa dapat dari mereka tidak hanya tepukan dan kata-kata manis pertanda mendengar, tapi sebuah pelukan hangat dan tips-tips agar kamu menjadi lebih baik.

Sementara curhat ke orang tua, ini jauh lebih dalam lagi. Kamu bisa mengatakan apa saja dengan konsekuensi membuat hati mereka bahagia atau sebaliknya, menyakiti mereka. Karena kamu selamanya di mata mereka adalah anak mereka, meski usiamu sudah tidak pantas disebut anak-anak lagi. Mereka yang dititipi oleh Allah SWT atasmu. Memiliki tanggung jawab membesarkanmu. Curhat ke mereka adalah satu jalan menenangkan, karena kamu akan dimandikan dengan segala wejangan kebaikan karena mereka mengerti kamu dan mungkin pernah mengalami hal yang sama, dulu sekali, saat seusiamu. Lalu mereka akan memelukmu, memberikanmu ketenangan, mencium keningmu, lalu membiarkanmu melangkah lagi sambil menekankan pada diri mereka bahwa kamu sudah cukup dewasa untuk membuat pilihan atas kehidupan yang kamu jalani.

Tapi curhat pada Allah SWT, ceritanya lain lagi.

Jujur saja aku bukanlah orang yang dekat dengan-Nya. Aku menjauhi-Nya, melanggar larangan-Nya, tidak mematuhi perintah-Nya, melalaikan kewajiban-kewajiban yang seharusnya kujalankan atas nama-Nya. Akulah yang menjauh, dan akulah yang tidak berkeinginan mendekat pada-Nya. Aku mungkin berpenampilan tertutup, dengan hijab menutupi helaian rambutku. Tapi aku bukanlah orang yang begitu saja suci. Pakaianku terkadang masih tidak sempurna menutup aurat. Masih membentuk siluet tubuhku. Yang ini mungkin agak susah kuubah, tapi aku yakin pasti bisa kuperbaiki suatu hari nanti. Begitu juga dengan ahlak yang gagal aku bangun sebelum hari ini.

Aku tidak begitu saja menjadi bersih. Tidak begitu saja dosaku diampuni. Tapi aku tahu inilah saatnya aku berusaha lagi, mendekat pada-Nya sekali lagi, menjadi hamba-Nya selagi kesempatan masih Ia beri. Maka dengan segala kesesakan di ulu hatiku, aku menghadap-Nya. Dan pada ayat pertama Al-Fatihah yang kubaca, air mataku membanjir tanpa kusadari. Kutarik nafasku pelan, menenangkan diri. Saat itulah aku memahami makna 'Alhamdulillahirrobbil aalamin'. Aku mensyukuri dengan sungguh-sungguh segala yang Ia berikan dalam hidupku, dan menjanjikan untuk meniatkan segala yang kulakukan hanya untuk-Nya.

Selepas tahiyat akhir dan salam, aku termenung. Mencoba menenangkan diriku setenang-tenangnya, mengosongkan pikiranku dan menjernihkan nuraniku, baru aku berani menengadahkan tangan. Mensyukuri semua nikmat yang diberikan dan membuka semua uneg-uneg yang memberatkan. Karena Ia Maha-Mendengar, tak sepatahpun kata kuucapkan besar-besar. Tak perlu orang lain tahu isi pembicaraanku dengan-Nya. Lalu topik demi topik mengalir, beriringan dengan tetes demi tetes air yang menghangat di pipi.

Aku akhirnya berbicara lagi pada-Nya.

Dzat yang mengindahkan kehidupanku dengan segala kuasa dan cobaan-Nya. Yang dengan begitu elegan mengingatkanku untuk menemui-Nya, berbicara pada-Nya, meminta ampunan serta petunjuk-Nya. Aku diam, Ia juga tak bersuara. Tapi aku tahu kami heboh jauh di dalam lubuk hatiku. Ruangan yang hening sedemikian kontrasnya dengan segala kata-kata yang beruntun keluar di dalam pikiranku. Ia Maha-Mendengar, Maha-Tahu. Ia pasti mengerti maksudku, meski mungkin kalimat yang kugunakan tidak sesempurna penyair abad pertengahan. Aku tahu Ia tak butuh itu. Ia hanya ingin aku bicara pada-Nya, menemui-Nya setelah absen sekian lama.

Sungguh Allah SWT membuatku begitu tenang, begitu ringan, begitu bahagia dan lega. Ia seolah mengingatkanku bahwa aku tak akan pernah sendirian. Ia selalu ada untuk mendengarkanku berkeluh kesah, meminta rahmat serta ampunan-Nya. Ia masih di sana kapanpun aku ingin curhat pada-Nya. Tidak pernah temanku, sahabatku, kekasihku, bahkan orang tuaku, menenangkanku hingga jauh ke lubuk hati. Hingga tubuhku terasa seringan kapas. Mungkin kamu mengira kelegaanku datang karena aku mengeluarkannya lewat tangisan. Tidak. Tangisan itu keluar justru karena aku membicarakan seluruh pemikiranku pada-Nya. Tangisan itu keluar begitu saja tanpa bisa kutahan. Dan memang tidak perlu kutahan, mengingat hanya ada aku dan Ia yang tengah mendengarkanku.

Subhanallah.

Allah sungguh Maha-Besar. Allahuakbar. Sesungguhnya Ia adalah tempat bercerita paling baik yang pernah ada. Rugilah kamu bila tidak pernah memanfaatkan waktu habis sholatmu untuk berlama-lama bercerita pada-Nya. Meminta ampunan dan petunjuk-Nya. Berterima kasih pada-Nya. Kamu mungkin berdoa setiap waktu. Ya, Ia mendengarmu setiap waktu. Tapi sungguh sesaat setelah kamu melaksanakan kewajiban sholatmu, menyebut asma-Nya dan bertasbih pada-Nya, itulah saat terbaik untuk bicara pada-Nya. Karena saat itu kamu akan merasa memiliki-Nya, sebagaimana Ia memilikimu. Saat itu kamu akan merasa Ia mengerti dirimu luar dalam. Ia tahu kamu, masa lalumu, juga masa depanmu. Ia tahu lahirmu, hidupmu, juga matimu. Ia-lah yang paling mengerti dirimu, paling, paling mengerti dirimu.

Sungguh aku menyarankan, wahai sahabat-sahabatku yang telah baik meluangkan sedikit waktu untuk membaca tulisanku. Menghadaplah pada-Nya. Bicaralah pada-Nya. Sungguh Ia Maha-Pengasih lagi Maha-Penyayang. Maha-Memberi dan Maha-Mengetahui. Yakinlah Ia pasti memberimu jawaban. Entah itu 'ya' entah itu 'tidak sekarang' atau 'belum', Ia pasti akan memberimu jawaban terbaik. Ia akan memberimu apa yang sepantasnya kau dapat, kau pilih, dan kau jalani. Jadi, sahabat-sahabatku yang baik,

Sudahkah kau curhat pada Allah Subhanahuwata'ala hari ini? Ia pasti tengah menunggumu dan siap menyambutmu.

Wassalamu'alaikum.

4 comments:

Bebe said...

Bahagia kakak ngebacanya ;)) mdah2an bisa lebih baik ke depannya ga cuman di Ramadhan doang ya ^^ hwaiting!

Sebut Saja Kacang said...

TUH KAN DIBACA! TT^TT #usir

Anonymous said...

Got a goosebump when i read it..

Sebut Saja Kacang said...

Hope it helped then, Anonymous-san ^^