Saturday, July 2, 2011

Love Actually--Bukan, Ini Bukan Resensi

Gue jomblo, dan gue selalu menyebut diri sendiri jomblo. Bukan single. Meski jomblo punya artian yang agak kurang enak karena beberapa bilang kalo single artinya lo sering pacaran tapi kebetulan lagi sendiri sementara jomblo itu artinya lo sendiri karena ga laku, gue tetep lebih suka menyebut diri sendiri jomblo. Buat gue sendirian itu menyenangkan, ga musti sibuk urus ini itu soal cowok dan merasa berkewajiban mengingatkan yang terbaik, hanya untuk dibilang cerewet oleh cowok di kemudian hari. Yea, menjadi jomblo itu bikin gue bahagia.

Sayangnya.

Semalem gue habis main ke base-camp Jogja Runners, di mana gue seharusnya menjenguk sejauh apa tim editan ngerjain episode 2. Tapi yang ada gue malah fanboying (secara yang diputer jelas MV-MV atau video-video dari girls group) dan... owell.

Tertohok.

Iya, lo ga salah baca.

Karena kebetulan hari udah malem, salah satu anak JR memutuskan untuk mbojo alias malming lebih cepat sehari meskipun ada banyak orang di sana. Yah, menurut pengakuan witnesses lain sih, itu udah jamnya Beliau (?) tersebut pacaran. Tapi yang jadi masalah bukan itu, melainkan kalimat pembuka waktu telepon dari Beliau (?) diangkat oleh sang pacar (atau soon-to-be pacar).

"Lagi ngapain?"

.

..

...

...ohfak.

Saat itu gue sadar betapa rindunya gue ditanyain hal yang sama lewat telepon. Yah, kalau diinget emang udah entah nyaris atau malah lebih dari satu tahun sejak terakhir gue pacaran. Dan yang PDKT juga ga ada. Saat mendengar kalimat itu, yang sampe sekarang masih terngiang-ngiang, gue langsung CLEPP! Ketancep dengan nista.

Gue pengen ditanyain hal serupa, oleh cowok, dan bukan jejadian, lewat telepon.

Karena selama ini gue selalu stuck sama cowo-cowo bukan gentleman dan hanya sekali seumur hidup gue jadian sama cowo yang mau bayarin cewenya, gue beneran terenyuh (oke, gue ga pinter pilih kata-kata, sori) karena si Beliau (maaf Kakak. Daripada namanya disebut?) lah yang berinisiatif menelepon si cewe. Gue langsung mikir kalo pacar-pacar gue terdahulu (kecuali yang dua itu--oh, tenang, Cewenya yang Sekarang. Gue ga ada niat balikan sama mereka kok. Mereka udah punya kalian) itu cuma... a bunch of... Okay, I can't curse. But seriously, why did I call them first? Even said, "okay, I'll call you then," after they texted me that they want to hear my voice? Kenapa gue ga bilang, "ya udah telepon aja kalo lo mau denger." Gue sekarang merasa gue bukannya loyal, tapi bego.

Oke, balik ke kejadian telepon-teleponannya si Beliau *digebuk orangnya*.

...gue speechless deh. Mendadak WB.

Intinya sih ya, sekarang gue jadi pengen berhenti menyebut diri sendiri jomblo. Meski menurut gue dari kata-katanya kerenan jomblo ketimbang single (selain kedengeran seperti jenis keju slice, gue lebih cinta Bahasa Indonesia, mamen), tapi sepertinya gue musti merubah diri dan bertransformasi jadi kupu-kupu sosok yang baru dan berstatus lain. Karena gue akan mulai membuka diri untuk pacaran lagi. Cuma gara-gara gue masih terngiang-ngiang pembukaan teleponnya si Beliau.

"Lagi ngapain?"

.

..

...

...ohfak, again.

I'm a single lady!!
#yaterus

No comments: