Tuesday, July 5, 2011

Tertampar :)

Jujur, seharusnya gue berterima kasih pada Allah karena udah ditampar. Walau, well, gue pribadi belum tau ini beneran tamparan atau bukan, but at least gue sudah mulai terbuka dan sadar bahwa kemungkinan-kemungkinan yang selalu gue denger di lirik lagu Crush hanyalah bagian dari imaji gue. Titik.

'Cause the possibility
That you would ever feel the same way
About me, just too much, just too much


...then I asked to myself: really?

Haha. Yang ada di bibir gue sekarang cuma bitter smile, seolah gue habis dicekokin jamu anti batuk kayak waktu kecil. Sekarang gue beneran tanya ke diri gue sendiri, apakah gue yakin possibility di lirik tersebut beneran ada? Beneran terjadi? Beneran banyak? Dan inilah saat di mana gue tertampar.

Sepertinya selama ini gue cuma berdelusi.

Yea, delusi. Ohfak.

Sepertinya gue berdelusi bahwa kemungkinan tersebut ada, kemungkinan bahwa perasaan gue (yang juga gue belum tau pasti apaan jenisnya) disambut positif dan dia merasa hal yang sama dengan gue. Padahal kalo gue pikir-pikir, kayaknya apa yang dia lakukan ke gue ga lebih dari cara seorang senior baik hati ke juniornya. Atau kakak yang tulus ke adiknya. Atau... atau... teman baik ke teman baiknya.

.

..

...yea.

Jadi...

...selama ini kenapa gue lari dari kenyataan meski gue ga sedikitpun berusaha menyembunyikan kalo gue selalu mikirin dia, eh? Gue bahkan berdelusi, betapa bahagianya hidup gue kalo gue beneran sama dia suatu hari nanti. Dan yea, sekarang gue bisa bilang kalo semua itu delusi. Dipikir-pikir toh, ga ada yang istimewa dari caranya memperlakukan gue. Ga ada: SMSnya biasa, kadang telat balesnya, pembicaraan juga bukannya tetek bengek basa-basi tapi emang sesuatu yang perlu diketahui. Intinya sih ya, well.

Selama ini gue cuma berharap dalam kekosongan, berdelusi bahwa apa dan siapa yang dia maksud dalam roman kehidupan dia adalah gue, yang jelas bukan siapa-siapa, keberadaannya jauh, dan amat-sangat jarang kontak. Ketemu juga... ya, ga istimewa. Semuanya biasa. Amat biasa malah.

Jadilah gue bilang ke Ririn bahwa gue bakalan berdoa ke Tuhan, minta ditunjukkan jalan kalau dia emang jodoh gue, dan 'ditampar' kalau dia bukan jodoh gue. Sebenernya Ririn melarang habis, karena Ririn sudah pernah merasakan dan menurut temen gue satu itu rasanya ga enak. Tapi kalo ga kayak gitu, gimana caranya gue mengalah ama takdir dan melupakan dia toh?

Tapi sekitar satu jam yang lalu, sepertinya Tuhan sudah kasih gue tamparan itu.

Meski, yah, caranya labil, lewat status doang, tapi buat gue itu tamparan yang lumayan bikin gue sadar. Bahwa ga seharusnya gue stuck selama lima tahun terakhir ke satu orang yang kebaikannya ke gue dia kasih juga ke semua orang. Dasar aja gue yang salah mengartikan itu sebagai sebuah perhatian khusus buat gue. Yea, lagi-lagi ketahuan kalo gue bego dan delusional parah. Semua mimpi yang gue bangun nyata-nyata cuma mimpi sepihak. Ya toh?

Terakhir, gue musti bilang belum yakin sama tamparan Tuhan barusan. Mungkin kalo pipi satunya ditampar juga, gue baru beneran mundur. Tapi, well, musti gue akui.

Tamparan Tuhan sakit juga. Haha.

No comments: