Saturday, November 29, 2008

Matematika

>
Apa kabar SMA 17
Kuajarkan bentuk akar, kau diam
Kuajarkan logaritma, kau diam
Kuajarkan deret aritmatika, matamu bertanya-tanya
Nanar aku dalam diammu
Apakah dua kali dua tak lagi empat
Serentak kau jawab: di sini, di negeri ini,
Dua kali dua sama dengan aku bangga


Itulah kutipan puisi tentang pelajaran matematika yang dibacain Bu Yayoe tanggal 25 kemaren. Dan gue post di blog tanggal 26 malem. Nah sekarang, kenapa gue nyatet ulang di sini? Well. Gue lagi di kelas Matematika gue hari Sabtu pagi, jam pertama dan kedua. Gue lagi belajar Deret Geometri dengan Pak Udni sebagai gurunya. Dan emang Pak Udni adalah guru kocak yang banyakan ngobrolnya dari belajar. Jadi tadi, kita ngomongin soal hidup dan hasil penambahan dua kali dua. Waktu ditanya, apakah dua kali dua adalah empat? Pak Udni menjawab begini.

PU: Oh, dua kali dua sama dengan empat itu adalah jawaban seseorang yang bukan ahli Matematika.

Anak sekelas (AS): Haaah? Jadi berapa dong, Pak?

G: *santai nyatet, ga peduli*

PU: Iya. Kalo jawaban seorang ahli, belum tentu dua kali dua sama dengan empat.

AS: Nah, nah. Jadi dua kali dua berapa Pak?

G: *mengerling sebentar*

PU: Dua kali dua jawabannya tidak pasti. Karena ilmu pasti Matematika hanya sampai SMP. Selebihnya, SMA ke atas akan lebih tidak pasti. Jadi, terserah saya mau menjawab berapa. Mau dua kali dua adalah satu, ya boleh saja. Kan yang ahli Matematika saya.

AS: *bengong*

G: *ngakak dalam hati*

Armula (A): Nah, Pak. Kenapa dua kali dua sama dengan dua tambah dua? Sementara bilangan lain enggak?

G: *ngelirik Armula yang duduk di depan gue*

PU: Inilah hebatnya angka dua. Di dunia diciptakan semuanya dua. Berpasangan. Manusia, hewan. Sampai sekarang semua tetap misteri.

G: *tepok tangan dalem hati*

Gila. Guru terhumoris tahun 2008 ternyata begitu diplomatisnya. Gue sampe terharu. Sroottt. Eh iya. Gue masih pilek. Ga bisa masuk les seminggu penuh *joged dangdut karena seneng*. Tapi gue rada nyesel setelah ngedenger omongan Pak Udni tentang betapa uniknya Matematika. Kenapa gue gak masuk-masuk les pas pelajaran Matematika. Apalagi nilai ulangan harian gue cuma kursi kebalik dengan roda di sebelahnya. Sungguh nilai yang menyedihkan. Dan gue yang udah kelas XII masih ga niat belajar.

Udah Dhis. Mati aja lu sono. *ditendang ke Pluto*

No comments: